Berita Terkini

Ketua PSHT PM Mojokerto Angkat Bicara Setelah Kasus Penyerangan

Ketua PSHT PM Mojokerto Angkat Bicara Setelah Kasus Penyerangan

Ilmusetiahati.com – Setelah penyerangan Ketua PSHT PM Mojokerto angkat bicara, Persaudaraan Setia Hati Terate Pusat Madiun (PSHT PM) kembali menjadi sorotan setelah menyerang permukiman di Kota Mojokerto dan melukai 5 orang. Penyerangan ini disebabkan oleh ulah sejumlah pesilat dari perguruan lain yang nekat unjuk diri ketika konvoi melintas.

Ketua Cabang PSHT PM Mojokerto, Hari Sucipto, mengatakan bahwa Komunitas Pengamanan Terate (Pamter) sudah mengimbau agar 5 anggota perguruan silat Pagar Nusa di sekitar lokasi kejadian tidak keluar di depan Sinoman gang 5, Kelurahan Miji, Kecamatan Prajurit Kulon, Kota Mojokerto.

Baca Juga : Kronologi Bentrok PSHT PM Mojokerto dengan Warga Kampung

Ketika itu, para Pamter mengawal massa PSHT PM yang kembali dari unjuk rasa di Mapolres Mojokerto Kota. Rombongan konvoi melintas di Jalan Brawijaya. Sedangkan 5 pesilat dari perguruan silat Pagar Nusa tersebut sedang berlatih di halaman rumah warga Sinoman gang 5.

Menurut Hari, para Pamter sudah menyuruh pesilat lain untuk masuk ke dalam, namun mereka justru keluar dan memakai atribut perguruan. Hal ini sangat riskan karena bisa menimbulkan konflik dengan perguruan lain.

Pelatih perguruan silat Pagar Nusa, RD (17), menyatakan bahwa saat itu dia dan 4 siswanya keluar untuk memberi salam persaudaraan kepada rombongan konvoi PSHTPM. Namun, salam tersebut justru memancing massa PSHTPM melakukan penyerangan.

Namun, Hari menyampaikan bahwa pihaknya akan menyelesaikan masalah ini secara damai. Sebab selama ini, PSHT PM mempunyai hubungan baik dengan pimpinan perguruan silat lain. Tentu saja tanpa mengabaikan hak para korban maupun menyinggung aparat penegak hukum.

Baca Juga : Asal Usul Logo PSHT Persaudaraan Setia Hati Terate

Setelah ribuan massa PSHT PM melakukan unjuk rasa di depan Mapolres Mojokerto Kota, sebagian massa kembali ke tempat asal dengan berkonvoi melalui Jalan Brawijaya. Namun, karena melihat sekitar 5 pesilat dari perguruan lain, massa PSHTPM melakukan penyerangan dengan melempari mereka dengan batu. Akibatnya, seorang pesilat perguruan lain dan 4 warga setempat terluka, termasuk seorang perempuan.

Dalam kasus seperti ini, penting bagi semua pihak untuk menyelesaikannya dengan cara yang baik dan damai. Kita harus menghargai hak para korban, serta menghindari melanggar hukum maupun menyinggung aparat penegak hukum. Semoga kasus ini bisa segera diselesaikan dengan damai dan tidak terulang lagi di kemudian hari.