Ribuan Pendekar PSHT Hitamkan Monas Hingga Bundaran HI
Ilmusetiahati.com – Sekitar 2.000 pendekar dari Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) wilayah Jabodetabek berkumpul dan menggelar aksi long march dari Monumen Nasional (Monas) hingga Bundaran Hotel Indonesia (HI). Perjalanan sejauh enam kilometer ini bukan sekadar aktivitas olahraga, melainkan simbol persatuan, semangat, dan kebanggaan yang ditunjukkan dengan tegap dan kompak oleh para pesilat PSHT.
Dengan penuh semangat, para pendekar ini mengibarkan bendera merah putih dan bendera PSHT yang diikat pada tongkat. Setiap langkah mereka diiringi dengan nyanyian lagu-lagu perjuangan dan mars PSHT, yang membakar semangat setiap orang yang menyaksikan. Suasana ini membawa ingatan kita kembali pada masa perjuangan kemerdekaan, mengingatkan akan semangat yang sama yang pernah menggelora di masa lalu.
Ketua Umum PSHT, Mohammat Taufik, menyatakan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-79 Republik Indonesia dan ulang tahun PSHT yang ke-103. Dengan memanfaatkan momen Car Free Day, kegiatan ini diharapkan dapat memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk menyaksikan langsung semangat juang yang masih hidup dalam diri para pendekar PSHT.
“Kami mengadakan long march, senam massal, dan seni bela diri yang dipersembahkan oleh para siswa PSHT. Kami berharap kegiatan ini bisa membangkitkan semangat baru dalam diri setiap anggota PSHT untuk terus berkontribusi dalam mewujudkan Indonesia yang lebih maju,” ungkap Taufik dalam pernyataannya yang dikutip dari Antara News.
Sejak didirikan pada tahun 1922, PSHT telah memainkan peran penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Komitmen untuk melanjutkan perjuangan yang diwariskan oleh pendiri PSHT, Eyang Hardjo Utomo, terus dipegang teguh hingga saat ini. Sebagai sosok yang juga dikenal sebagai pahlawan perintis kemerdekaan, Eyang Hardjo Utomo meninggalkan pesan kepada seluruh warga PSHT untuk selalu aktif dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan berkontribusi dalam membangun Indonesia yang lebih adil dan sejahtera.
Baca Juga. : Serang Polisi, PSHTPM Jember Dibekukan
PSHT tidak hanya berfokus pada pembinaan bela diri, tetapi juga pada pembentukan karakter dan moral para anggotanya. Dalam setiap aktivitas, PSHT selalu menekankan pentingnya kerukunan dan ketenteraman, serta memperkuat rasa persatuan di antara warga negara. Taufik menegaskan bahwa pesan ini merupakan amanat langsung dari pendiri PSHT, yang terus diwariskan dari generasi ke generasi.
Selain long march, kegiatan ini juga diisi dengan atraksi seni bela diri yang memukau. Para pendekar PSHT menampilkan berbagai teknik bela diri, baik dengan tangan kosong maupun menggunakan senjata tajam seperti golok, celurit, dan toya. Aksi mereka tidak hanya menghibur warga yang sedang menikmati Car Free Day, tetapi juga mengingatkan akan pentingnya menjaga nilai-nilai kebangsaan dan persatuan.
Dalam semangat yang sama, PSHT DKI Jakarta kini tengah mempersiapkan diri menghadapi Pekan Olahraga Nasional (PON) 2024 yang akan diselenggarakan di Aceh dan Sumatera Utara. Dengan mengirimkan sembilan atlet terbaiknya, PSHT DKI Jakarta optimis untuk meraih medali emas. Pengalaman bertanding di berbagai kejuaraan nasional dan internasional menjadi modal penting bagi para atlet untuk menghadapi kompetisi tingkat nasional tersebut.
Di tengah kesibukan kota Jakarta, langkah-langkah para pendekar PSHT pada Minggu pagi itu seolah menyuarakan pesan yang jelas: semangat juang dan persatuan adalah kunci untuk mewujudkan Indonesia yang lebih baik. Dengan semangat yang tak pernah padam, mereka terus melangkah, meneruskan perjuangan yang telah dimulai lebih dari seabad yang lalu.
Kehadiran PSHT dalam acara seperti ini menunjukkan betapa pentingnya peran organisasi bela diri dalam menjaga dan melestarikan nilai-nilai kebangsaan. PSHT bukan sekadar wadah bagi mereka yang ingin belajar bela diri, tetapi juga tempat untuk menumbuhkan rasa cinta tanah air dan komitmen terhadap NKRI.
Sebagai organisasi yang telah berusia lebih dari satu abad, PSHT terus beradaptasi dengan perkembangan zaman tanpa melupakan akar sejarah dan tradisi yang menjadi dasar berdirinya. Semangat juang yang diwariskan oleh para pendiri PSHT tidak hanya menjadi cerita masa lalu, tetapi juga menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk terus berjuang demi bangsa dan negara.
Melalui aksi-aksi seperti long march dan atraksi bela diri di Monas, PSHT berusaha menggugah kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Mereka ingin menunjukkan bahwa semangat perjuangan masih relevan hingga saat ini, dan bahwa setiap warga negara memiliki peran dalam menjaga keutuhan NKRI.
Kegiatan ini juga menjadi ajang bagi PSHT untuk memperkenalkan budaya dan nilai-nilai yang dipegang teguh oleh organisasi kepada masyarakat luas. Dengan demikian, masyarakat tidak hanya mendapatkan hiburan, tetapi juga pelajaran berharga tentang pentingnya persatuan dan semangat juang dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Aksi ribuan pesilat PSHT yang “menghitamkan” Monas dan Bundaran HI bukanlah sekadar aksi jalan kaki, tetapi sebuah pernyataan kuat tentang pentingnya persatuan dan semangat juang dalam menjaga keutuhan bangsa. Dengan terus melestarikan nilai-nilai ini, PSHT berusaha untuk memastikan bahwa pesan-pesan kebangsaan yang diwariskan oleh para pendiri bangsa tetap hidup dan relevan di tengah tantangan zaman.
Baca Juga : Profil Ketua Umum PSHT Muhammad Taufiq
Bagi PSHT, Monas bukan hanya simbol Jakarta, tetapi juga simbol perjuangan dan persatuan bangsa. Dengan menggelar aksi di tempat yang penuh sejarah ini, PSHT ingin mengingatkan kita semua bahwa perjuangan belum selesai. Semangat juang harus terus dinyalakan, dan persatuan harus terus dijaga, agar Indonesia bisa maju dan sejahtera.
Melalui kegiatan ini, PSHT tidak hanya merayakan sejarah, tetapi juga menginspirasi masa depan, dengan harapan bahwa generasi mendatang akan terus menjaga dan menghidupkan semangat juang yang telah diwariskan oleh para pendiri bangsa.

