Kang Mas Taufiq diundang Bumi Reog Berdzikir, Si Komar Ancam Gagalkan
Ilmusetiahati.com – Acara tahunan Bumi Reog Berdzikir di Alun-Alun Kabupaten Ponorogo yang digelar oleh PSHT Cabang Ponorogo pada akhir Desember 2024 menjadi sorotan publik karena kehadiran lebih dari 60.000 pesilat, namun juga tercatat adanya ancaman boikot internal yang mengemuka menjelang pelaksanaan.
Acara Bumi Reog Berdzikir (BRB) merupakan agenda rutin dari Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) Cabang Ponorogo yang bertujuan memperkuat silaturahmi antaranggota, melestarikan tradisi pencak silat dan budaya lokal, serta mendekatkan diri kepada Tuhan melalui dzikir bersama. Misalnya, dalam liputan disebutkan bahwa acara 2024 “merupakan agenda tahunan yang bertujuan untuk memperkuat tali persaudaraan, mengingat dan mendoakan para leluhur, serta sebagai salah satu upaya untuk melestarikan tradisi luhur yang mana hal tersebut sudah menjadi bagian dari nilai-nilai PSHT.”
Tujuan lainnya adalah sebagai refleksi menjelang pergantian tahun agar warga menjadi “manusia yang lebih baik lagi.”
Selain itu, dalam edisi sebelumnya (2017), BRB dinyatakan digelar “demi menciptakan Ponorogo yang damai” dan “untuk silaturahmi dalam doa bersama supaya Ponorogo bisa hayuning bawono.”
Baca Juga : R. Moerdjoko HW Melayat ke Keraton Surakarta, Ungkapan Duka & Hormat untuk Pakubuwono XIII
Meskipun acara tersebut menonjolkan persaudaraan dan kerukunan, terdapat catatan mengenai konflik internal. Salah satunya disebut bahwa ketika Bupati Sugiri Sancoko “menunjukkan iktikad baik menyatukan semua perguruan pencak silat dalam gelaran Bumi Reog Berdzikir… termasuk mengundang secara terhormat Ketua Umum PSHT yang sah dan diakui negara, Dr. Ir. Muhammad Taufiq, SH., M.Sc.” muncul penolakan keras dari pihak internal.
Penolakan dari salah satu tokoh yang disebut sebagai “Si Komar” pentolan grup PSHTPM Ponorogo yang “terang-terangan menentang dan bahkan mengancam memboikot serta menggagalkan acara” tersebut.
Sebuah sikap yang bukan hanya mencederai marwah PSHT, tetapi juga mengesankan bahwa ada pihak yang lebih nyaman memelihara perpecahan daripada menyambut perdamaian.
Ponorogo terkenal dengan kesenian Reog yang menjadi identitas daerah. BRB mengkombinasikan aspek budaya dan religiusitas, menjadikan momentum untuk menegaskan bahwa pencak silat khususnya PSHT bukan hanya aspek beladiri, tetapi juga wadah spiritual dan budaya. Misalnya laporan menyebut bahwa kegiatan tersebut menyuguhkan “102 reog Ponorogo … puluhan jathil dan bujang ganong” sebagai bagian dari pertunjukan.
Baca Juga : Sukriyanto : Banyak dari Kubu Madiun Ingin Ketua diganti, Ini Solusi Dualisme PSHT
Gelaran Bumi Reog Berdzikir di Ponorogo telah menjadi ajang besar bagi komunitas PSHT untuk memperlihatkan persaudaraan, budaya pencak silat, dan spiritualitas bersama ribuan peserta. Namun di balik kemeriahan tersebut, tantangan berupa konflik internal dan manajemen massa tetap perlu diperhatikan agar visi persatuan dan budaya yang luhur dapat diwujudkan secara utuh. Untuk ke depan, pelaksanaan yang lebih matang dari segi koordinasi, inklusivitas, dan pengelolaan publik akan menjadi kunci agar acara ini benar-benar membawa manfaat luas bagi masyarakat Ponorogo dan menjaga nilai luhur yang dimaksud.(ikrar)

