Sosok Tingkat 2 Wanita PSHT, Jejak Dra. Riris Windarsih Saksi Hidup Perkembangan Organisasi
Ilmusetiahati.com – Dalam perjalanan panjang sejarah Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT), nama Dra. Riris Windarsih patut mendapat sorotan sebagai salah satu tingkat 2 wanita PSHT yang memiliki peran signifikan dalam perkembangan dan pelestarian ajaran luhur PSHT, khususnya di wilayah Jawa Tengah. Kiprah dan dedikasi beliau menjadi bukti nyata bahwa perempuan juga mampu menjadi pilar dalam dunia persilatan yang selama ini lebih didominasi kaum pria.
Dibimbing Langsung oleh Tokoh Besar PSHT, Dra. Riris Windarsih memulai perjalanan spiritual dan keilmuannya di PSHT di bawah bimbingan tokoh besar yaitu R.M. Imam Koes Soepangat, salah satu tokoh sentral dalam pembinaan PSHT di era tersebut. Dalam prosesnya, ia juga mendapatkan arahan dari dua pendekar senior yaitu Kang Mas Sakti Tamat dan Kang Mas R.B. Wiyono, yang pada saat itu menjabat sebagai Ketua Majelis Ajar PSHT.
Pada tahun 1965, Dra. Riris Windarsih secara resmi disahkan sebagai warga tingkat 1 PSHT, hanya berselang dua tahun setelah Kang Mas Tarmadji Budi Harsono – salah satu tokoh sentral dalam sejarah modern PSHT – meraih tingkat tersebut. Selisih waktu yang dekat ini menandakan bahwa keilmuan yang diperoleh oleh Dra. Riris berada dalam satu garis ajar yang autentik dan tidak terputus sejak ajaran PSHT dirintis oleh Ki Hadjar Hardjo Oetomo pada tahun 1922.
Bukti Konsistensi Keilmuan: Lahirnya Tingkat 2 Wanita PSHT
Keberadaan tingkat 2 wanita PSHT masih sangat langka hingga kini. Namun, Dra. Riris Windarsih merupakan contoh nyata bahwa perempuan dapat mencapai derajat tinggi dalam PSHT dengan konsistensi, loyalitas, dan ketekunan. Gelar tingkat 2 bukan hanya simbol, melainkan juga bukti bahwa keilmuan yang dijalani telah melalui proses panjang, diuji oleh waktu, dan diteruskan dalam satu garis ajar yang utuh.
Banyak yang mungkin belum mengenal kiprah beliau, atau bahkan terjebak dalam doktrin sempit yang tidak membuka ruang bagi perempuan untuk berkembang dalam dunia pencak silat. Namun, kehadiran sosok seperti Dra. Riris Windarsih menjadi bukti nyata bahwa PSHT memberikan kesempatan yang setara bagi siapa saja yang memiliki niat tulus dan semangat untuk belajar.
Menariknya, saat Dra. Riris disahkan sebagai warga tingkat 1 PSHT pada tahun 1965, salah satu siswa yang aktif berlatih adalah Kang Mas Issoebiantoro. Dua tahun berselang, beliau menyusul disahkan dan kelak dikenal sebagai salah satu tokoh sentral dalam PSHT Pusat Madiun (PSHTPM). Keterkaitan waktu dan kesamaan jalur ajar ini menguatkan bahwa Dra. Riris berada dalam lingkup keilmuan yang sama dengan para pendekar besar lainnya di era tersebut.
Baca Juga : Badan Hukum Sah, PSHT Hanya 1 di Bawah Kepemimpinan Dr. Ir. Muhammad Taufiq
Dalam konteks tingkat 2 wanita PSHT, Dra. Riris Windarsih adalah sosok yang memiliki keilmuan murni, dengan jalur pengajaran yang jelas dan tersambung langsung kepada ajaran orisinil PSHT. Warisan keilmuan beliau tidak hanya sebatas pada tingkatan formal, namun juga dalam bentuk pengabdian nyata untuk mengembangkan dan melestarikan ajaran PSHT di tengah masyarakat.
Bila masih ada yang meragukan keberadaan atau kualitas keilmuan perempuan di PSHT, mungkin bukan karena ilmunya tidak ada, tetapi karena belum semua orang berkesempatan mempelajari atau mengenal tokoh-tokoh seperti Dra. Riris Windarsih. Kehadiran beliau adalah bukti nyata bahwa tingkat 2 wanita PSHT bukanlah mitos, melainkan sejarah hidup yang terus menginspirasi generasi penerus.
Selain Dra. Riris Windarsih masih banyak sosok sesepuh tingkat 2 Wanita seperti Alm. Mbak Tinuk Astuti yang tingkat 2 disahkan langsung RM. Imam Koesoepangat, ada juga sosok Alm. Mbak Jujuk asal ngawi yang berhasil mencapai tingkat 2 di zaman Kang Mas Tarmadji.

