Sejarah SH Terate Cup II Surakarta 1981
Ilmusetiahati.com – Pencak silat bukan hanya sekadar olahraga bela diri, tetapi juga sarana mempererat persaudaraan dan melestarikan budaya bangsa. Salah satu ajang penting dalam sejarah pencak silat di tubuh Persaudaraan Setia Hati Terate (SH Terate) adalah penyelenggaraan SH Terate Cup II Surakarta pada tahun 1981. Ajang ini menjadi momentum bersejarah yang mengangkat nama cabang-cabang SH Terate, sekaligus memperkuat identitas organisasi sebagai salah satu perguruan pencak silat terbesar di Indonesia.
Awal Mula SH Terate Cup
Perjalanan SH Terate Cup bermula pada tahun 1979 ketika digelar Krida Nasional SH Terate Cup I di Madiun. Pada gelaran perdana tersebut, cabang Surakarta berhasil meraih gelar Juara Umum. Kemenangan ini tidak hanya menjadi catatan sejarah, tetapi juga memicu semangat cabang lain untuk menunjukkan prestasi terbaik dalam ajang-ajang berikutnya.
Baca Juga : PSHT Gelar Pra Rakernas Jambi 2025, Kuatkan Sinergisitas dan Organisasi
Dua tahun setelah penyelenggaraan pertama, SH Terate Cup II dilaksanakan pada tahun 1981 di Surakarta. Acara ini secara resmi dibuka oleh Pangdam VII Diponegoro, menunjukkan tingginya dukungan dari unsur militer dan pemerintah terhadap perkembangan pencak silat.
Dalam penyelenggaraan tersebut, beberapa tokoh penting turut berperan sebagai pengarah jalannya pertandingan, di antaranya:
- Dewan Pendekar: Bapak Hassan Joyoadi Suwarno
- Dewan Hakim: Bapak Badini
- Dewan Juri: Bapak Imam Kussupangat
Komposisi tokoh ini memastikan bahwa pelaksanaan turnamen berjalan dengan sportif, adil, dan sesuai aturan pencak silat.
Prestasi dan Juara Umum
Jika pada SH Terate Cup I cabang Surakarta menjadi juara umum, pada SH Terate Cup II Surakarta tahun 1981 giliran cabang Ngawi yang tampil sebagai Juara Umum. Kemenangan ini menandai semakin ketatnya persaingan antar-atlet pencak silat SH Terate dari berbagai daerah.
Dalam lansiran catatan sejarah organisasi, kemenangan cabang Ngawi disebut sebagai momen penting yang menunjukkan keberhasilan pembinaan atlet secara merata di seluruh cabang. Hal ini menjadi bukti nyata bahwa pencak silat di tubuh SH Terate berkembang tidak hanya terpusat di satu wilayah, tetapi juga menyebar luas ke berbagai daerah.
Penyelenggaraan SH Terate Cup II Surakarta memiliki arti strategis dalam perjalanan SH Terate. Selain menjadi sarana kompetisi, turnamen ini juga memperkokoh rasa persaudaraan antar-cabang. Keberhasilan cabang Ngawi membawa pulang juara umum menambah dinamika perkembangan organisasi, serta menjadi motivasi bagi cabang-cabang lain untuk meningkatkan kualitas pembinaan atlet.
Menurut keterangan yang tercatat dalam arsip SH Terate, “Krida Nasional SH Terate Cup II Surakarta menjadi tonggak sejarah penting, karena selain diikuti banyak atlet, juga mendapatkan perhatian besar dari berbagai pihak, termasuk militer dan tokoh masyarakat.” (Sumber: Dokumentasi SH Terate, 1981).
Baca Juga : Kuasa Hukum Baru PSHTPM Lakukan Kesalahan Administratif, Lupa Alamat Murjoko
SH Terate Cup II Surakarta 1981 bukan sekadar kompetisi olahraga, tetapi juga warisan sejarah yang menegaskan peran penting SH Terate dalam melestarikan pencak silat di Indonesia. Dari perjalanan ini terlihat bagaimana setiap cabang berupaya mencetak prestasi, serta bagaimana ajang tersebut menjadi ruang mempererat persaudaraan dan memperkuat eksistensi pencak silat di tingkat nasional.
Dengan menelusuri sejarah SH Terate Cup II, kita dapat memahami bahwa pencak silat tidak hanya berbicara tentang teknik bela diri, tetapi juga tentang nilai persaudaraan, sportivitas, dan perjuangan dalam menjaga warisan budaya bangsa.(ikrar,rizky)

