Materi Jurus Toya PSHT 1-15
Ilmusetiahati.com – Jurus Toya PSHT adalah bagian penting dari latihan pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT), organisasi bela diri yang berdiri sejak 1922 di Madiun, Jawa Timur. Terdiri dari 25 jurus baku, Toya melatih keterampilan menggunakan tongkat sebagai senjata, sekaligus menanamkan disiplin, keseimbangan, dan koordinasi tubuh. Artikel ini mengulas sejarah, struktur gerakan, serta filosofi Toya dalam PSHT.
PSHT didirikan oleh Ki Hadjar Hardjo Oetomo pada 1922 dengan tujuan membentuk manusia berbudi luhur, bertakwa kepada Tuhan, serta menjunjung tinggi persaudaraan. Organisasi ini juga menjadi salah satu pendiri Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI).
Materi jurus Toya mulai berkembang pada masa kepemimpinan M. Irsad (alm). Ia merancang 25 jurus baku Toya dengan tujuan mengintegrasikan senam dan jurus tangan kosong ke dalam teknik senjata. Dokumen “Jurus Toya THN 2020” menegaskan bahwa materi ini menjadi bagian resmi kurikulum PSHT di berbagai tingkatan latihan.
Menurut Mas Sipit Tri Susilo Haryono, sosok perangkai gerak Toya yang digunakan hingga kini, jurus Toya berfungsi bukan hanya sebagai keterampilan teknis, melainkan juga sebagai sarana melatih fisik dan konsentrasi.
Baca Juga : Sejarah SH Terate Cup II Surakarta 1981
Pada Juli 2025, Kementerian Hukum dan HAM mengesahkan kepengurusan PSHT dengan Muhammad Taufiq sebagai Ketua Umum. Pengesahan ini mengakhiri dualisme kepemimpinan yang sempat terjadi. Dengan struktur yang sah, materi baku termasuk jurus Toya mendapat legitimasi sebagai kurikulum resmi di seluruh cabang.
Jurus Toya PSHT merupakan salah satu identitas latihan penting dalam organisasi pencak silat ini. Dengan 25 gerakan baku, jurus Toya tidak hanya melatih teknik senjata, tetapi juga membentuk keseimbangan, disiplin, serta filosofi bela diri. Latihan langsung bersama instruktur resmi PSHT tetap menjadi cara terbaik untuk memahami detail gerakan yang tidak bisa sepenuhnya dijelaskan lewat teks.
Baca Juga : Tiga Pendekar Pilihan Ki Hadjar Hardjo Oetomo
Dengan memahami “jurus Toya PSHT”, kita dapat melihat bahwa seni bela diri bukan sekadar teknik bertarung, tetapi juga warisan budaya, nilai persaudaraan, dan pendidikan karakter yang diwariskan lintas generasi.(ikrar,rizky)

