Berita Terkini

Sarasehan Trah Setia Hati ke-9, Perkuat Silaturahmi dan Lestarikan Pencak Silat

Ilmusetiahati.com – Pertemuan ke-9 Sarasehan Trah Setia Hati digelar di Binakarya Homestay, Yogyakarta, pada 30–31 Agustus 2025. Acara ini menjadi momentum penting dalam mempererat persaudaraan lintas organisasi pencak silat yang berakar dari ajaran Ki Ageng Surodiwiryo, tokoh pendiri aliran Setia Hati.

Kegiatan tersebut diikuti oleh berbagai organisasi pencak silat yang berasal dari trah Setia Hati, di antaranya Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT), Persaudaraan Setia Hati (PSH), Paguyuban Hardjooetaman, SH Anoman, Perisai Hati, serta Persaudaraan Rumpun Setia Hati (PRSH). Tidak hanya itu, PSH Winongo Tunas Muda juga turut hadir dalam pertemuan tersebut.

Dalam sambutannya, Ketua Umum PSHT, Muhammad Taufiq, menyampaikan bahwa kegiatan ini memiliki peran penting dalam memperkuat ikatan antarsesama warga trah Setia Hati.

“Pertemuan ini bisa menjalin rasa antar saudara dari Trah Setia Hati, sekaligus memperkuat kerja sama dalam pengembangan pencak silat,” ujar Taufiq, dikutip dari keterangan resmi panitia acara (31/08/2025).

Baca Juga : T.O.T Beladiri Praktis PSHT Tingkat Nasional: Strategi Meningkatkan Kualitas Pelatih

Lebih lanjut, Taufiq menekankan pentingnya menjaga kelestarian ajaran Setia Hati yang menanamkan nilai persaudaraan, kejujuran, serta budi pekerti luhur. Menurutnya, inti ajaran ini harus diwujudkan dalam karakter setiap pesilat.

Sarasehan dan Filosofi Lambang Organisasi

Salah satu agenda utama adalah sarasehan dengan tema “Filosofi Lambang dari Masing-Masing Wadah Trah SH dalam Implementasi Persaudaraan.” Diskusi tersebut menghadirkan para narasumber dari lintas organisasi, antara lain:

  1. Mas Wilis (PSHT)
  2. Mas Cholifi (PSH)
  3. Mas Sumino (PRSH)
  4. Mas Slamet Riyadi (Hardjooetaman)
  5. Mas Gatot Subroto (Perisai Hati)

Dalam pemaparannya, para narasumber menguraikan makna filosofis di balik lambang organisasi masing-masing. Lambang tidak hanya sekadar simbol, tetapi juga merepresentasikan nilai perjuangan, persaudaraan, dan ajaran luhur yang diwariskan oleh Ki Ageng Surodiwiryo.

Selain sarasehan, acara juga menampilkan tradisi Kaulan Setia Hati. Para peserta menunjukkan keahliannya dalam bermain solospel di atas meja berukuran 2×2 meter dengan tinggi 30 cm, sekaligus memperagakan gerakan sambung persaudaraan. Penampilan ini memperlihatkan kelincahan, keterampilan, serta filosofi keindahan gerak dalam pencak silat.

Kegiatan ini juga diisi dengan workshop dan kajian sejarah. Peneliti Setia Hati, Agus Mulyana, memberikan paparan mengenai perkembangan aliran Setia Hati dari masa ke masa, serta kontribusinya terhadap lahirnya berbagai perguruan pencak silat di Indonesia. Tidak ketinggalan, penampilan solo kreasi dari masing-masing perguruan turut memeriahkan acara.

Dalam penutupannya, Muhammad Taufiq menyampaikan harapan agar sarasehan trah Setia Hati dapat terus terselenggara secara rutin setiap tahun dengan cakupan yang lebih luas.

“Kegiatan ini sejalan dengan isi mukadimah PSHT, organisasi persaudaraan sebagai ikatan antarwarga, sebagai pembawa dan pemancar cita ajaran Setia Hati,” tegasnya.

Baca Juga : Benarkah Ki Hadjar Hardjo Oetomo Tidak Punya Cucu ?

Acara ini tidak hanya menjadi ajang pertemuan, tetapi juga momentum penting untuk menjaga warisan budaya pencak silat Indonesia serta memperkuat nilai persaudaraan lintas organisasi. Dengan konsistensi kegiatan ini, diharapkan ajaran Setia Hati semakin kokoh dalam membentuk generasi penerus pencak silat yang berbudi pekerti luhur.

Rizkia Putra

Saya ada seorang jurnalis berpengalaman dalam bidang media dan SEO selama 5 tahun