SejarahTerpopuler

Pendiri PSHT Ki Hadjar Hardjo Oetomo Adalah Pahlawan Perintis Kemerdekaan RI

Ilmusetiahati.comKi Hadjar Hardjo Oetomo adalah tokoh penting dalam sejarah pergerakan nasional Indonesia yang diakui sebagai Pahlawan Perintis Kemerdekaan Republik Indonesia pada tahun 1952. Ia dikenal sebagai pendiri Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT), pejuang anti-penjajahan, dan penggerak berbagai organisasi perlawanan terhadap kolonialisme Belanda.


Lahir di Winongo, Kota Madiun, Jawa Timur, pada 1883 Masehi, Hardjo Oetomo tumbuh di tengah situasi sosial-politik yang dikuasai pemerintah kolonial. Jiwa pemberontakan terhadap ketidakadilan telah tumbuh sejak muda, mendorongnya untuk aktif dalam berbagai bidang, mulai dari pendidikan, ekonomi, hingga organisasi perlawanan. Ia wafat pada 13 April 1952 di Madiun, dan dimakamkan di TPU Desa Pilangbango, Kota Madiun.

Baca Juga : Profil Ketua Umum PSHT Muhammad Taufik

Masa kecil hingga remajanya dihabiskan di Winongo, Madiun. Setelah menyelesaikan pendidikan dasar, ia sempat magang menjadi guru di Sekolah Dasar Benteng Madiun. Namun, pekerjaan ini tidak lama dijalani. Hardjo Oetomo kemudian bekerja di Leerling Reambate Staatsspoorwegen (SS) — perusahaan kereta api kolonial yang kini dikenal sebagai PT KAI — di Bondowoso, Panarukan, dan Tapen.

Pada 1906, terdorong oleh rasa ketidakpuasan terhadap sistem kolonial dan banyaknya pejabat Belanda di lingkungannya, ia keluar dari pekerjaannya dan melamar sebagai Mantri Pasar Spoor Madiun. Dalam waktu singkat ia naik menjadi Ajudan Opsioner pasar Mlilir, Dolopo, Uberan, dan Pagotan. Tahun 1916, ia beralih ke pabrik gula Rejo Agung Madiun, tetapi kembali keluar setahun kemudian.

Pada tahun 1917, Hardjo Oetomo bekerja di Stasiun Madiun. Di sini, ia mendirikan perkumpulan “Harta Djaja“, semacam koperasi untuk melindungi masyarakat dari lintah darat. Langkah ini menjadi salah satu wujud perjuangan ekonomi rakyat di masa kolonial.

Ketika Vereeniging van Spoor- en Tramwegpersoneel (VSTP), organisasi pekerja kereta api, didirikan, Hardjo Oetomo dipercaya sebagai Hoof Komisaris Madiun. Posisi ini membuatnya memiliki waktu dan sumber daya lebih untuk mengembangkan gerakan sosial.

Bergabung dengan Organisasi Pergerakan Nasional

Jiwa anti-penjajah yang kuat membawanya bergabung dengan berbagai organisasi nasionalis:

  1. Sarekat Islam (SI) pada 1922, di mana ia juga menjadi pengurus.
  2. Boedi Oetomo, organisasi modern pertama di Indonesia.
  3. Taman Siswa, yang bergerak di bidang pendidikan.

Tujuannya jelas, memperkuat gerakan perlawanan terhadap Belanda melalui jalur organisasi rakyat.

Pendirian Setia Hati Pencak Sport Club (SH PSC)

Selain berjuang secara politik, Hardjo Oetomo mengembangkan ajaran bela diri Setia Hati yang ia peroleh dari Ki Ngabehi Soerodiwiryo pada tahun 1917. Ia mendirikan Setia Hati Pencak Sport Club (SH-PSC) di Desa Pilangbango, Madiun. Perguruan ini tidak hanya mengajarkan pencak silat, tetapi juga menanamkan semangat nasionalisme.

Namun, pada 1925, Belanda membubarkan SH-PSC karena keberatan dengan kata “Pencak” yang dianggap mengandung unsur militer. Hardjo Oetomo mengubah nama menjadi SH Pemuda Sport Club untuk mengelabui pengawasan kolonial. Perubahan ini berhasil, dan perguruan kembali aktif dengan murid-murid yang tersebar di Nganjuk, Kertosono, Jombang, Ngantang, Lamongan, Solo, dan Yogyakarta.

Beberapa murid Hardjow Owtomo terkenal antara lain:

  1. RM Soetomo Mangkoedjodjo
  2. Kang Mas Darsono
  3. Kang Mas Suprojo
  4. Kang Mas Hardjo Giring
  5. Kang Mas Gunawan
  6. Kang Mas Hadisubroto
  7. Kang Mas Hardjo Wagiran
  8. Kang Mas Letnan CPM Sunardi
  9. Kang Mas Sumadji al-Atmadji
  10. Kang Mas Badini
  11. Kang Mas Muhammad Irsyad Widagdo

Penangkapan dan Masa Pembuangan

Aktivitas politik dan aksi langsungnya, termasuk menghadang serta melempari kereta api milik Belanda yang mengangkut logistik militer, membuatnya menjadi target utama pemerintah kolonial. Pada 1925–1926, ia ditangkap Polisi Politieke Inlichtingen Dienst (PID) Belanda dan dipenjara di Cipinang, Jakarta, sebelum dipindahkan ke Padang Panjang, Sumatra Barat.

Total, ia menghabiskan sekitar 6 tahun di penjara (dari vonis awal 8 tahun). Di masa tahanan, ia tetap melatih pencak silat kepada sesama tahanan dan memperluas pengaruh ajaran Setia Hati.

Pada masa pendudukan Jepang tahun 1942, SH Pemuda Sport Club diubah menjadi SH Terate, mengikuti usulan muridnya Soeratno Soerengpati dari organisasi Indonesia Muda.

Baca Juga : Benarkah Fajar Sukmono Perintis PSHT Cabang Magetan?

Setelah Proklamasi Kemerdekaan 1945, SH Terate semakin berkembang dan menyebar ke berbagai daerah. Tahun 1948, melalui konferensi di rumah Ki Hadjar Hardjo Oetomo di Pilangbango, SH Terate resmi berubah menjadi Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) yang bersifat organisasi persaudaraan, bukan hanya perguruan silat.

Pengakuan Sebagai Pahlawan Perintis Kemerdekaan

Atas jasa dan pengorbanannya dalam perjuangan melawan Belanda, Pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1952 menetapkan Ki Hadjar Hardjo Oetomo sebagai Pahlawan Perintis Kemerdekaan RI. Penghargaan ini menjadi bukti kontribusinya tidak hanya di bidang seni bela diri, tetapi juga dalam pergerakan kemerdekaan nasional.

Ki Hadjar Hardjo Oetomo meninggal pada 13 April 1952 di usia 69 tahun. Ia dimakamkan di TPU Desa Pilangbango, Kota Madiun, Jawa Timur, meninggalkan warisan besar berupa ajaran Persaudaraan Setia Hati Terate yang hingga kini menjadi salah satu organisasi pencak silat terbesar di Indonesia.

Rizkia Putra

Saya ada seorang jurnalis berpengalaman dalam bidang media dan SEO selama 5 tahun