pendekar protes tugu psht jember dirobohkan

Ratusan Pendekar Protes Tak Terima Tugu PSHT Jember dibongkar

Ilmusetiahati.com – Ratusan pendekar dari perguruan silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) telah menggelar aksi protes yang menggemparkan di Jember. Mereka bersatu menentang rencana pembongkaran tugu PSHT yang telah berdiri di wilayah Dusun Krajan, Desa/Kecamatan Pakusari. Dalam aksi yang dilangsungkan pada Senin (28/3/2023), para pendekar ini dengan tegas menolak pembongkaran tugu penting bagi perguruan mereka. Mari kita simak secara mendalam alasan dan implikasi dari protes bersejarah ini.

Muhammad Fadil, salah satu pendekar utama dari PSHT Jember, memberikan pengertian mendalam mengenai mengapa pembongkaran tugu menjadi pemicu kemarahan. Ia menegaskan bahwa proses pembangunan tugu yang berlokasi di pinggir jalan nasional Jember-Banyuwangi merupakan suatu perjuangan tak terhingga.

Baca Juga : Suran SH Panti 2023, Walikota Madiun Ajak Jaga Kondusifitas

“Fokus utama kami adalah pada upaya besar yang kami curahkan untuk mendirikan tugu ini,” ucap Fadil dengan semangat.

Fadil menambahkan dengan lugas bahwa tugu silat tersebut merepresentasikan lebih dari sekadar simbol bagi perguruan PSHT. Di samping itu, situasi di Kecamatan Pakusari dan lingkungannya saat ini telah menciptakan kedamaian yang tak ternilai.

“Kami berjuang agar tugu kami tetap berdiri tak tergoyahkan. Lokasi ini memang tanah negara, namun kami telah berkorban besar dalam membangun tugu ini,” tandasnya dengan mantap.

Lebih menarik lagi, tugu ini adalah yang pertama dan satu-satunya yang berdiri di Kecamatan Pakusari, dibangun dengan susah payah antara tahun 2014 hingga 2015.

“Sejumlah anggota cabang lokal kami merasa tidak bisa menerima keputusan pembongkaran ini,” tambahnya.

Wakil Ketua III Cabang Jember PSHT, Heri Sudiono, menceritakan bahwa awalnya mereka memiliki niat untuk membongkar tugu secara mandiri. Namun, mengingat situasi yang belum kondusif dan dampak negatif yang mungkin timbul terhadap pengguna jalan, akhirnya keputusan pembongkaran itu dikesampingkan.

Baca Juga : Terbesar di 2023! PSHT Cabang Magetan Sahkan 7000 Warga Baru Selama 12 Hari

“Jika pembongkaran dilakukan, dampaknya bisa jadi jauh lebih luas daripada ini,” ungkapnya dengan bijak.

Camat Pakusari, Samsul Hidayat, menjelaskan bahwa rencana pembongkaran ini merupakan hasil dari kesepakatan bersama antara pengurus PSHT dan Muspika Pakusari.

Dalam pertemuan tersebut, Camat Dayat, panggilan akrabnya, menjelaskan ada dua opsi yang diusulkan. Opsi pertama adalah melakukan pembongkaran tugu, dan opsi kedua adalah menggantinya dengan tugu Pancasila.

“Kesepakatan yang dicapai untuk wilayah (kecamatan) Sukowono adalah mengganti dengan tugu Pancasila, sementara untuk wilayah Pakusari diputuskan untuk membongkar tugu,” terang Camat Dayat.

Dalam pelaksanaannya, proses pembongkaran akan dilakukan oleh anggota internal PSHT sendiri. Sementara, pihak Muspika dan Satpol PP bertanggung jawab dalam menjaga situasi agar tetap kondusif.

“Kami bertanggung jawab untuk menjaga situasi tetap kondusif, sedangkan teknis pembongkaran akan dijalankan oleh anggota internal PSHT,” ujar Camat Dayat.

Namun, ketika tiba saatnya untuk memulai pembongkaran tugu, sejumlah besar anggota PSHT datang dan menolak tegas rencana tersebut. Akibatnya, kerumunan yang terus bertambah menyebabkan kemacetan lalu lintas di jalan raya nasional yang menghubungkan Jember dan Banyuwangi.

“Dalam usaha menghindari konflik lebih lanjut, kami memutuskan untuk membatalkan rencana pembongkaran,” tambah Camat Dayat.

Akhirnya, tugu silat tersebut terbebas dari ancaman pembongkaran. Namun, jalan yang dipilih adalah memindahkannya ke lokasi lain.

“Sebenarnya, ada niat untuk melakukan pembongkaran. Namun, tujuannya bukan menghancurkan, melainkan memindahkannya ke tempat lain,” ungkap Camat Dayat.

Menurut Camat Dayat, tugu tersebut selama ini berdiri di atas tanah milik negara. Letaknya berada di sisi jalan raya yang menghubungkan Jember dan Banyuwangi.

“Jadi, tugu ini sebenarnya dibangun di atas tanah yang secara resmi merupakan Ruang Milik Jalan (Rumija), yang mana berdasarkan aturan tidak diperbolehkan untuk membangun apa pun di atasnya,” terang Camat Dayat.

“Proses pemindahan tugu berlangsung dengan hati-hati. Tugu tersebut dicongkel dengan hati-hati, lalu diangkut menggunakan truk menuju lokasi baru. Sayangnya, saya tidak tahu secara pasti lokasi baru tersebut. Akan tetapi, katanya tugu akan ditempatkan di lahan pribadi milik anggota PSHT,” sambung Camat Dayat.

Proses pemindahan tugu tersebut melibatkan sekitar 20 anggota PSHT yang secara cermat dan hati-hati melaksanakan tugas ini. Sedangkan pihak Muspika hanya berperan sebagai penonton dalam proses ini.

“Secara teknis, anggota PSHT sendirilah yang bertanggung jawab atas proses pemindahan ini. Kami di Muspika hanya mengawasi,” tegasnya.

Kisah dramatis protes ratusan pendekar PSHT di Jember menggambarkan betapa kuatnya ikatan persaudaraan dan dedikasi mereka terhadap simbol-simbol penting bagi perguruan mereka. Aksi tegas ini telah mengamankan tugu silat dari ancaman pembongkaran, sambil tetap menjunjung tinggi nilai-nilai sejarah dan aturan yang mengawalnya. Kita pun diajak untuk merenung tentang kekuatan solidaritas dan tekad dalam menghadapi perubahan yang datang.