Arsip Tag: Setia Hati

Berita Setia Hati terkini dan terlengkap hari ini, menyajikan info berita Setia Hati SH terupdate dan terbaru seputar Setia Hati

Ayam Dewata Sanggar Delima

Ayam Dewata Sanggar Delima

Ilmusetiahati.com – Ayam Dewata Sanggar Delima, dalam tradisi Setia Hati ayam merupakan salah satu syarat dalam penerimaan Saudara baru Setia Hati.

Ayam sendiri oleh Pencipta Pencak Setia Hati Ki Ngabei Surodiwiryo sebagai bentuk peringatan terhadap guru beliau Gusti Kenanga Mangga Tengah.

Ayam yang digunakan pun tidak sembarang Ayam tetapi haruslah Ayam Jago Putih Mulus atau sebutan lainya sebagai Ayam Sanggar Delima.

Tapi karena sulitnya mencari Ayam Jago Putih beberapa aliran Setia Hati menyesuaikan regulasi dengan membolehkan menggunakan Ayam Jago jenis apapun jika tidak bisa mendapatkan Ayam Sanggar Delima.

Baca Juga : Asal Usul Logo PSHT Persaudaraan Setia Hati Terate

Ayam sendiri adalah sebagai bentuk keIkhlasan dan pengorbanan untuk sedekah Calon Saudara kepada Saudara,

sedangkan secara makna sifat Jago bagi masyarakat mampu mngendalikan diri sendiri dapat menerima cacian maupun pukulan serta memiliki perilaku yang bersih dan suci untuk memperjungkan hukum illahi.

Baca Juga : Ki Hajar Harjo Utomo Pendiri PSHT

Definisi Ayam yang baik:

  1. Disukai dan menurut selera oleh calon saudara dan BUKAN hasil pilihan Pelatihnya.
  2. Sehat, dalam artian tidak terdapat penyakit yang menular yang bisa mematikan Ayam Jago tersebut sampai pada waktunya.
  3. Tidak ada anggota tubuh dari Ayam Jago tersebut yang cacat.
  4. Sebaiknya Ayam tersebut harus ayam Timangan yang sekurang kurangnya calon saudara pernah merawatnya sendiri.

Tes Ayam sendiri TIDAK ADA HUBUNGANYA DENGAN KLENIK.

karena pada dasarnya Ayam bukanlah sebagai perlambang Manusia, jika tidak hati-hati dalam memahami maka akan menjadi KLENIK karena menganggap berperilaku sebagaimana paranormal.

Seluruh Tugu Perguruan Silat di Jember Akan Dirobohkan

Seluruh Tugu Perguruan Silat di Jember Akan Dirobohkan

Ilmusetiahati.com – Pemkab Jember akan merobohkan seluruh tugu atau bangunan lain yang menjadi simbol perguruan pencak silat yang dibangun di luar padepokan. Kebijakan itu untuk mencegah bentrok antarpesilat.

Rencana merobohkan tugu perguruan silat itu disampaikan Wakil Bupati Jember Muhammad Balya Firjaun Barlaman seusai rapat terkait pencegahan bentrokan antarperguruan silat di DPRD Jember, Kamis (27/5).

“Kita akan buat forum bersama yang mengundang 33 perguruan silat yang ada di Jember. Saya harap rencana ini bisa didukung semua perguruan. Tujuannya untuk menumbuhkan kebersamaan,” ujar Firjaun seusai rapat.

Saat ini tugu atau bangunan lain yang menjadi simbol perguruan pencak silat berdiri hampir di setiap desa atau kelurahan. Seolah-olah kawasan itu menjadi kekuasaan mereka.

Baca Juga : Seluruh Ketua Umum SH Terate

Kondisi ini dinilai berpotensi memicu benturan antarperguruan. “Kalau ada pihak yang tidak bertanggung jawab, tinggal dirobohkan. Lalu terjadi konflik,” tutur Firjaun.

Tugu Silat dirobohkan untuk penertiban seluruh bangunan itu harus dilakukan Pemkab untuk menjamin rasa keadilan bagi semua perguruan silat. “Kalau satu perguruan dibiarkan mendirikan simbol tertentu seperti tugu, maka bisa memicu kecemburuan. Nanti yang lain juga akan memasang. Kami sebagai pemerintah harus adil,” tegas mantan anggota DPRD Jatim ini.

Rapat yang turut dihadiri Kapolres Jember itu digelar atas permintaan Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PC NU) Jember. Hal ini dipicu oleh serangkaian penyerangan yang menimpa perguruan silat Pagar Nusa yang ada di bawah naungan NU.

“Sejak saya menjadi ketua pada tahun 2015, sudah belasan kali pesilat Pagar Nusa diserang. Dan semua pelakunya berasal dari PSHT,” tutur H Fathorrozi, Ketua Pagar Nusa Jember dalam pertemuan tersebut.

Namun, PSHT yang juga hadir dalam pertemuan tersebut membantah anggapan bahwa perguruannya mengajarkan aksi premanisme. “Kami mengajarkan keluhuran akhlak budi pekerti. Kalau ada oknum yang anarkistis, mohon jangan digeneralisir,” tutur Jono Wasinuddin, Ketua PSHT Jember dalam kesempatan yang sama.

Baca Juga : Wakil Gubernur Papua Klemen Tinal Meninggal, Ternyata Warga PSHT

Berita acara tersebut dibuat dalam pertemuan di gedung parlemen, Kamis (27/5/2021), yang melibatkan Wakil Bupati Muhammad Balya Firjaun Barlaman, Ketua DPRD Jember Itqon Syauqi dan jajaran pimpinan, Kepala Kepolisian Resor Jember Ajun Komisaris Besar Arif Rachman Arifin, Wakil Ketua PCNU Ayub Junaidi, Ketua Ikatan Pencak Silat Indonesia Agus Supaat, Ketua Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) Jono Wasinuddin, dan Ketua Perguruan Silat Pagar Nusa Fathurrozi.

Rapat tersebut digelar menyusul terjadinya sejumlah aksi penganiayaan oleh anggota perguruan silat terhadap warga dan anggota perguruan silat lainnya. Data kasus di kepolisian juga sudah menunjukkan angka yang menggelisahkan: sepanjang 2021, ada 10 kasus penganiayaan yang dilakukan anggota perguruan silat.

Wakil Gubernur Papua Klemen Tinal Meninggal, Ternyata Warga PSHT

Wakil Gubernur Papua Klemen Tinal Meninggal, Ternyata Warga PSHT

Ilmusetiahati.com -Wakil Gubernur (Wagub) Papua Klemen Tinal dikabarkan meninggal dunia di Jakarta, Jumat (21/5/2021).

Kabar ini dikonfirmasi Direktur Jenderal Otonomi Daerah Kementerian Dalam Negeri Akmal Malik.

Baca Juga : Seluruh Ketua Umum SH Terate

“Iya benar (meninggal dunia),” ujar Akmal saat dikonfirmasi.

Akmal mengatakan, Klemen meninggal di RS Abdi Waluyo, Menteng, pada pukul 04.00 WIB pagi tadi.

Rencananya jenazah Klemen akan disemayamkan di RS Gatot Subroto. Belum ada keterangan lebih lanjut penyebab Klemen meninggal.

Namun belakangan ia disebut tengah menjalani pengobatan di Jakarta.

Klemen Tinal merupakan putra asli Papua kelahiran 50 tahun lalu.

Ia dilantik sebagai wagub bersama Gubernur Lukas Enembe oleh Presiden Joko Widodo pada 2018.

Baca Juga : PSHT Kota Jambi Perbaikan 99 Mushola

Klemen Tinal yang meninggal hari ini juga pernah menjabat sebagai Wagub Papua di era Presiden ke-6 Soesilo Bambang Yudhoyono.

Bapak Klemen Tinal merupakan Warga PSHT asal Cabang Tembaga Pura Papua ( Sekarang Cabang Timika ) dan disahkam tahun 1984 di Ranting Maospati Cabang Magetan.

Beliau juga mendapatkan amanah dari Ketua Umum PSHT DR.Ir.H. Muhammad Taufiq, S.H., M.Sc sebagai Ketua Koordinator Wilayah Provinsi Papua.

Semoga seluruh amal ibadah beliau diterima disinya aamiin.

Aryo Martosiam – Tokoh Setia Hati

Aryo Martosiam - Tokoh Setia HatI

Ilmusetiahati.com –  Aryo Martosiam lahir pada tahun 1890 di Ambarawa Semarang Jawa Tengah. Ayahnya berasal dari keluarga keraton Mataram di Jogyakarta, sedangkan ibunya dari keluarga keraton Solo.

Nama “siam” yang diberikan ayahnya ini mengingatkan suatu kenangan istimewa ketika ayahnya bekerja pada sebuah Kantor Urusan Keaungan yang atasannya berasal dari negeri Siam (Thailand). Setelah menikah namanya menjadi Mas Aryo Martodimejo.
Pada usia 15 tahun, ia sudah melakukan gerakan melawan pemerintah Belanda, sehingga pada tanggal 15 Mei 1905 atas perbuatannya itu, ia di tangkap dan dipenjara di Ambarawa.

Pada usia 25 tahun, di tahun 1915 masuk Sedulur Tunggal Kecer di Madiun yang disahkan oleh Ki Ngabehi Surodiwiryo di Kampung Prajuritan. Pada tahun 1915 ini, ia mulai lagi mengadakan gerakan-gerakan yang d

ilarang oleh Pemerintah Belanda, yakni melatih pencak silat kepada pemuda-pemuda. Untuk mengelabuhi Belanda, pada saat ada patroli, Martosiam beserta para pemuda berlatih worstelend atau standent, yaitu gerakan-gerakan senam demonstrasi untuk pertunjukan.bila tidak ada patroli Belanda, ia kembali melatih pencak silat “Joyo Gendilo” yakni istilah pertama kali sebelum berganti nama menjadi pencak silat Setia Hati.

Pada tahun 1917 terjadi peristiwa adu tanding pencak silat yang melibatkan Saudara Tunggal Kecer dari Solo dan Yogyakarta. Dari pihak Solo mengajukan saudara Martosiam sebagai jagonya, sedangkan di pihak Yogyakarta juga mengajukan saudara Martosiam. Rupanya dua nama yang dijagokan oleh kedua belah pihak yang semula dianggap berlainan orang, ternyata adalah satu orang yang sama yakni Martosiam.

Dari kejadian tersebut, Martosiam dan bebarapa Saudara Sedulur Tunggal Kecer dari Solo dan Yogyakarta menghadap dan menyampaikan masalah tersebut kepada Ki Ngabehi Suodiwiryo di Winongo Madiun. Setelah disampaikan duduk permasalahannya kepada Ki Ngabehi Surodiwiryo, beliau meluruskannya dengan berkata sebagai berikut :

“Bagaimana ini bisa terjadi sesama saudara beradu tanding? Bahwa sesama saudara itu sebaiknya saling rukun, tolong-menolong dan cinta-mencintai, serta berusaha mencegah adanya perselisihan, sebab kalian adalah bersaudara, satu hati, setia hati dam suci hati”.

Di tahun 1917 ini, setelah mendapat wejangan dari Ki Ngabehi Surodiwiryo tersebut, kemudian atas pertimbangan dan usulan para Saudara Tunggal Kecer dan juga persetujuan Ki Ngabehi Surodiwiryo, nama Sedulur Tunggal Kecer Langen Mardi Harjo dengan pencak silatnya yang bernama Joyo Gendilo berubah nama menjadi “Persaudaraan Setia Hati”.

Tahun 1919 di usia 29 tahun, Martosiam melaksanakan pengesahan ke Tingkat II (tweede trap) di Winongo Madiun. Pengesahan di rumah Ki Ngabehi Surodiwiryo tersebut bersama dua orang saudara, yakni Subuh dan Iskandar.

Tahun 1925 terjadi perlawanan rakyat terhadap pemerintah Belanda yang meluas di Jawa dan Sumatera. Di Ambarawa, Martosiam juga mengadakan gerakan sendiri melawan Belanda dengan cara gerilya. Pada waktu itu, hampir sebagian besar masyarakat Ambarawa melarang anggota keluarganya untuk berkumpul dan bergaul dengan Martosiam, sebab nanti dapat ditangkap Belandas. Dan akhirnya benar, Martosiam tertangkap juga oleh Belanda dan dimasukkan ke penjara Jornatan Semarang.

Pada saat tertangkap sebelum dimasukkan ke penjara, sebenarnya Martosiam mempunyai kesempatan untuk meloloskan diri atas bantuan saudara-saudara Setia Hati yang tergabung dalam kelompok SH Putih sebagai Polisi Belanda. SH Putih merupakan kelompok saudara Setia Hati yang menjadi Polisi Belanda dan melatih pencak silat kepada orang-orang Belanda. Kelompok SH Putih juga banyak membantu menyelamatkan para saudara SH yang tergabung dalam kelompok SH Merah yang menentang keras terhadap pemerintah Belanda.

Martosiam juga menolak bantuan para saudara Setia Hati dari kelompok SH Putih untuk dikeluarkan dari penjara. Malahan ia menginginkan untuk diasingkan dan memilih agar dapat dipenjara di Boven Digul Camp di Irian Barat (Papua). Keinginannya untuk di penjara di Papua hanya untuk mengetahui bagaimana rasanya mendapat perlakuan dari Belanda sebagai tawanan di penjara Boven Digul Camp. Hal ini juga dijadikannya sebuah tantangan.

Selanjutnya, ia dikirim ke Jakarta dan kemudian diangkut dengan kapal Van der Wijk menuju Boven Digul Camp. Diatas kapal itu, Belanda mengadakan pertunjukan adu tanding antar jago-jago beladiri sebagai hiburan melawan para tawanan. Dalam adu tanding itu, Martosiam berhasil memenangkan pertarungan melawan pendekar asal Malaka.

Di penjara Boven Digul Camp, disetiap kamar penjara, ia mengajarkan pencak silat SH secara diam-diam kepada para tawanan sampai jurus 10. Pada masa itu seseorang yang telah menguasai sampai 10 jurus pencak SH sudah cukup dapat dikatakan sebagai pendekar hebat dan mumpuni. Agar tidak diketahui oleh Belanda, kegiatan melatih pencak silat dilakukan pada saat tidak ada kontrol Belanda. Ketika ada patroli Belanda, latihan berhenti dan latihan dilanjutkan kembali setelah patroli lewat.

Di Boven Digul Camp ini, Martosiam juga melakukan demonstrasi pencak silat dalam rangka memeriahkan Hari Ulang Tahun Ratu Wilhelmina. Di penjara ini juga ternyata banyak dihuni saudara-saudara SH asal Madiun. Di camp tahanan ini, Martosiam cukup disegani dan ditakuti oleh para tawanan, karena itulah kemudian ia mendapat kepercayaan memegang sebagai pimpinan urusan dapur dan makanan untuk para tawanan.


Pada tahun 1932, Martosiam di ijinkan pulang ke Jawa. Bebas dari penjara Boven Digul Camp, Martosiam masih aktif melakukan gerakan-gerakan perlawanan terhadap pemerintah Belanda. Pada saat perjuangan itu, ia bertemu kembali dengan Subuh dan Iskandar, kemudian mereka bertiga ini bertekad dan berkomitmen untuk mendirikan perguruan pencak silat dengan syarat adanama “Putih” untuk identitas organisasi setelah merdeka. Dan pada saat kembali ke Ambarawa, rupanya sudah ada perkumpulan Setia Hati yang bernama Setia Hati Organisasi (SHO) yang berkedudukan di Semarang dibawah pimpinan Munandar Harjowiyoto, kemudian pada tahun 1935, ia bergabung dengan Munandar Harjowiyoto ke dalam SHO dan menyusul juga ikut bergabung para saudara-saudara SH dari kelompok SH Putih dan SH Merah di tahun 1938.

Setelah kemerdekaan Indonesia pada tanggak 17 Agustus 1945, pada bulan Mei 1948 bersama empat saudara SH yakni Mr.Wongsonegoro, Bung Diro, Raden Maryun Sudirohadiprojo dan Moh.Djumali seorang saudara SH pendiri Taman Siswa merintis untuk membentuk sebuah payung organisasi pencak silat nasional Indonesia. Maka atas usul saudara R.Maryun Sudirohadiprojo dinamai Ikatan Pencak Seluruh Indonesia disingkat IPSI. Pengurus Besar IPSI pertama yang berkedudukan di Solo terpilih sebagai ketua adalah Mr.Wongsonegoro, wakil ketua adalah Suria Atmaja dan Sastro Amijoyo, sekretaris oleh R.Maryun Sudirohadiprojo, Bendahara oleh Suratno. Serta ditambah beberapa naggota sebagai pembantu, sedangkan Martosiam termasuk salah seorang anggota pembantu PB.IPSI yang pertama.

Pada tahun 1948, Martosiam mewujudkan cita-citanya mendirikan organisasi pencak silat yang telah disepakati bersama dengan Subuh dan Iskandar, yakni dengan nama “Cepaka Putih” yang berkedudukan di Ambarawa. Saudara Subuh mendirikan ‘Bangau Putih” yang berkedudukan di Bogor dan saudara Iskandar belum sempat mendirikan organisasi pencak silat karena meninggal dunia.

Pada tanggal 4 Juli 1960 dengan Surat Keputusan Menteri Sosial, Martosiam ditetapkan sebagai Perintis Kemerdekaan Indonesia ex Digulis yang karena jasa besarnya telah ikut andil dalam memperjuangkan kemerdekaan. Nama dan tandatangannya juga di abadikan di Museum Palagan Ambarawa berikut alat-alat pribadi selama perjuangan yakni berupa tas dan pisau.

Tahun 1977 oleh Bupati Semarang dipanggil untuk mendirikan IPSI Cabang Ambarawa. Karena di Ambarawa belum ada perguruan pencak silat, maka nama perkumpulan Cepaka Putih berubah nama menjadi Langen Putro Utomo dan pencak SH yang diajarkannya disebut Langen Joyo Gendilo. Setelah itu, Langen Putro Utomo menjadi berkembang pesat di Amabarawa dan memiliki murid-murid dari Australia sebanyak 30 orang dan dari Inggris sebanyak 1 orang.

Beliau wafat di Ambarawa dalam usia 98 tahun pada bulan Pebruari 1988, dengan meninggalkan seorang istri bernama Amirah dan dua orang outri bernama Sugiharti Listyowati dan Harliningsih. Nasehat beliau yang terkenal adalah: “ajining pribadi dumunung ing lati ”, yang maksudnya bahwa ajining diri dumunung ing lati dan ajining saliro dumuning ing busono, yang mengandung arti bahwa harga diri (kejiwaan) terletak di mulut dn harga badan (perilaku) terletak pada pakaian

Paradigma Ajaran Setia Hati : Antara Pengakuan dan Kenyataan

Paradigma Ajaran Setia Hati : Antara Pengakuan dan Kenyataan

Ilmusetiahati.com – Paradigma Ajaran Setia Hati : Antara Pengakuan dan Kenyataan
• Mengaku ngugemi “SURODIRO JOYONINGRAT, LEBUR DENING PANGASTUTI“, kenyataanya: banyak sekali menyelesaikan masalah dengan kekerasan, bukan hanya dengan orang lain bahkan dengan saudaranya sendiri.

Baca Juga : Selamat Hari Pencak Silat Indonesia

• Mengaku ngugemi “NGELURUG TANPO BOLO“, kenyataanya: bahkan untuk menyelesaikan masalah internal dengan sedulur harus melibatkan banyak warga. Orang yang mestinya bisa menyelesaikan dengan cara pembicaraan malah menggerakan para warga untuk menghadapi.


• Mengaku ngugemi “MIKUL DUWUR, MENDHEM JERU“, kenyataan: permasalahan yang terjadi diinternal organisasi sampai dibawa-bawa ke media social. Ketidak sesuaian paham atau pandangan digunakan untuk menjelek-jelekan dihadapan para warga yang menjadi pengikut, bahkan kepada warga yang baru di sahkan. Ironisnya ini dilakukan oleh warga senior bahkan sudah mencapai trap (tingkat) 2.


• Mengaku ngugemi “OJO GAWE SUSAHE LIYAN, OPO ALANE GAWE BUNGAHE LIYAN” kenyataanya: berbondong membawa pengikutnya untuk ribut dengan saudaranya yang akirnya membuat masyarakat menjadi takut. Lebih ironis lagi terjadi pemaksaan dan saling intimidasi.


• Mengaku ngugemi “ORA ONO KAMULYAN TANPO PASEDULURAN“, kenyataanya: malah memecah belah persaudaraan dengan bermusuhan bahkan saling mengancam. Ironisnya sampai melakukan pemukulan.


• Mengaku ngugemi “SANG PENJAGA AJARAN“, kenyataanya: Ajaran yang mana yang dijaga? Coba lihat yang tertulis diatas, kira” ajaran apa yang dijaga? Ajaran SETIA HATI?!


• Mengaku ngugemi “SEDULURAN TANPO WATES“, kenyataanya: telah membatasi seduluran dengan membuat kelompok sendiri-sendiri.


• Mengaku ngugemi “ILMU SETIA HATI”, kenyataanya: Ada mukadimah yang menjadi pokok ajaran dan sumpah yang pernah di ucap. Namun kenyataanya banyak sekali yang dilanggar. Cukup satu saja contoh: dilarang berkelahi sesama saudara, apakah ini di ugemi..?!

Silahkan dipikir dan dirasakan, itu MELANGGAR SUMPAH. pasti semua sudah paham apa itu hukum karma, tapi apakah itu ditakuti? Banyak yang tidak takut. Jika sudah demikian apakah itu yang disebut SETIA HATI?!
shterate.com

Kang Jasman – Seni Silat Setia Hati ESHA

Kang Jasman - Seni Silat Setia Hati ESHA

Ilmusetiahati.com – Kang Jasman lengkapnya adalah Abdullah Muhammad Jasmani Haqiki Bin Hj. Mohd. Ali pendiri Seni Silat Setia Hati (ESHA/ EZHAR), Kang Jasman lahir di Tasek Utara Singapura pada tahun 1918. Ia menempuh pendidikan di Sekolah Kota Raja. Setelah lulus dari sekolah, ia menjadi Guru Magang, tetapi kemudian berhenti dan kemudian menjadi kurir.

Karena ibunya tidak menyetujui sebagai kurir akhirnya Kang Jasman menjadi petugas Polisi sampai dengan pangkat Kopral, dan ditugaskan ke Pusat Latihan Polisi sebagai pelatih (instruktur). Selain menjadi pelatih bagi polisi, Beliau juga mengajar agama dan seni bela diri.

Pada tahun 1939 Kang Jasman mulai merintis Seni Silat Setia Hati (ESHA), ESHA ini adalah singkatan dari Nama Asalnya SETIA HATI (SH) di tanah jawa logat bahasa mereka menyebuthuruf  S = ES, H= HA. maka dengan hal demikian perguruan ini di namakan ESHA.

Sebelum mengenalkan senisilat Setia Hati dikalangan masyarakat di Singapura Beliau mengajar permainan yang diberi nama Pateh Gajah Mada. Permainan ini deperoleh dari ayahanda beliau sendri.

Kemudian Kang Jasman mulai mengenal Silat Setia Hati setelah bertemu Kang Munaji beliau adalah anak turun Yudonegoro pengawal Pangeran Diponegoro yang tinggal di Wonosobo Jawa Tengah Indonesia, adik kandung alm.Jend Kunkamdani generasi ke 2 murid Ki Ngabehi Surodiwiryo serta pernah menimba ilmu ke Eyang Munandar Harjowiyoto, Kang Munaji saat itu merupakan seorang tahanan politik, beliau bertemu dengan Beliau yang saat itu adalah seorang Polisi Pemerintah Temasek, disitulah terjadilah pengangkatan saudara oleh Kang Munaji.

Maka barulah kemudian permainan yang didapatkan dari perguruan dan aliran yang terbaik disusun dan diolah sehingga menjadi 7 jurus Sebagai tapak asas dalam perguruan ESHA di-Singapura.

Karena terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan antara Kang Jasman dengan Kepala Petugas di Pusat Latihan Kepolisian serta hal-hal yang bertentangan dengan jiwanya, maka ia bertindak melawan Ketua Petugas beliau. Akibatnya Kang Jasman dipecat dari jawatan polisi. Ia dan keluarganya pindah ke sebuah desa di Henderson Rd. (Glass Warehouse) pada tahun 1956.

Kemudian pindah lagi ke Brickworks Estate di sinilah ia terus rajin mengembangkan seni bela diri ESHA kepada hampir 4.000 muridnya. Mereka yang datang bergantian, mempelajari silat ESHA setiap hari, kecuali pada hari Sabtu dan Minggu.

Kang Jasman kembali ke rahmatullah pada hari Senin 14 Maret 1971, Ia menghembuskan nafas terakhir di rumah putranya yang tinggal di Katong 45, Kampong Amber, Singapura 15 sekitar pukul 10.15 pagi. Hanya dihadiri oleh keluarganya. Sedangkan di saat-saat terakhir tidak ada satupun muridnya yang bisa menemuinya. Dan jenazahnya dimakamkan di Pusara Bidadari di Jalan Seranggon, Singapura (muji,nugroho).



Kediaman Oudee Heer Setia Hati

Kediaman Oudee Heer Setia Hati

Ilmusetiahati.com – Ndalem Kasepuhan”. Kediaman Oudee Heer “Setia Hati” Ki Ngabehi Surodiwiryo yang kini lebih dikenal dengan “Panti Setia Hati 1903” Jl. Gajah Mada No. 14 Kelurahan Winongo Kec. Manguharjo Kota Madiun. Tempat kita dipertemukan, dipersaudarakan dalam asah-asih-asuh, Samad-sinamadan, Rinangkul, Rinengkuh, Kinesuh, Kinasuh, Oleh Persaudaraan Lahir trusing Batin.

Makna Tes Ayam Jago Pengesahan PSHT

Memaknai Tes Ayam Jago Pengesahan PSHT

Ilmusetiahati.com – Makna Tes ayam jago dalam tradisi pengesahan Setia Hati, Tes Jago merupakan uji kelayakan ayam calon pendekar Setia Hati sebelum ayam tersebut dijadikan sedakah untuk selamatan.

Tes Jago terdiri dari dua bagian, yaitu tes ayam jago dan tes orang. Tes ayam sendiri merupakan bagian yang cukup penting dalam tes jago. Ayam yang dipilih harus dalam kondisi yang baik dan siap untuk diadu. Selain itu, ayam yang dipilih harus memenuhi kriteria sebagai ayam aduan yang sehat, tidak cacad, dan warnanya sesuai dengan syarat ayam aduan.

Baca Juga : Keistimewaan Ayam Jago Putih Pada Setia Hati

Setelah ayam diuji, tahap selanjutnya adalah tes orang. Pada tahap ini, pengetes akan mengajukan beberapa pertanyaan kepada calon warga yang kemudian akan diberi nasehat. Nasehat yang diberikan pada umumnya berkaitan dengan kebaikan dan pembinaan karakter.

Meski terdengar sederhana, tes jago memiliki makna yang cukup dalam. Tes ayam diartikan sebagai simbol dari kesiapan dalam menghadapi tantangan hidup. Ayam jago dipilih karena dianggap memiliki keberanian dan ketangkasan dalam melawan lawannya, hal ini sejalan dengan sifat yang harus dimiliki dalam menghadapi tantangan hidup.

Tes orang sendiri bertujuan untuk mengenalkan calon warga yang baru kepada masyarakat setempat. Hal ini menjadi penting terutama pada masyarakat yang masih menerapkan sistem kekerabatan yang erat. Selain itu, tes orang juga bertujuan untuk memberikan nasehat yang dapat membantu calon warga dalam membangun karakter yang baik.

Baca Juga : Ngamuk! Massa Pesilat Gresik Buat Onar di Polsek dan Rumah Sakit

Namun, terkadang tes jago dianggap sebagai praktik klenik dan dihubungkan dengan perilaku dukun. Hal ini terjadi karena kurangnya pemahaman terhadap makna dari tes jago itu sendiri. Masyarakat perlu memahami bahwa tes jago bukanlah sebuah praktik klenik, melainkan sebagai tradisi yang berisi makna yang dalam untuk pembinaan karakter.

Santoso Kartoatmodjo – Ketua Umum Pertama PSHT

Santoso Kartoatmodjo - Ketua Umum Pertama PSHT

Ilmusetiahati.com – Santoso Kartoatmodjo lahir 10 Oktober 1910 dan wafat di Surabaya pada 25 Pebruari 1990 Ayahnya bernama Kartodimedjo alias Kerto Lampu dan ibunya bernama Suminah. Kedua orang tua Santoso ini tinggal di Oro-Oro Ombo Madiun. Kartodimedjo merupakan saudara SH Ki Hadjar Hardjo Oetomo dan menitipkan anaknya untuk dilatih pencak kepada Ki Hadjar Hardjo Oetomo.

Pendidikan Santoso  Kartoatmodjo yang pernah dijalaninya selain belajar pencak silat pada Ki Hadjar, yakni ia sekolah di HIS Madiun, MTS (Midlebare Teknik School) di Surabaya. Ketika di MTS ini ia sekelas dengan Moh. Irsyad. Setelah lulus dari MTS ia bekerja. Dengan berbekal pendidikan baik dari Ki Hadjar atau sekolah formal ini, Santoso muda diberi keistimewaan Allah mudah mendapatkan tempat bekerja. Instansi/perusahaan yang pernah ia tempati bekerja di antaranya yaitu di Perusahaan Marine Surabaya (sekarang PT.PAL), Pabrik Gula Rejo Agung Madiun.

Keistimewaan lain yang diberikan Allah kepadanya, ia dipercaya menjadi Kepala Jawatan Listrik dan Gas Madiun sampai tahun 1947. Jiwa nasionalisme hingga pada masa Clash Belanda I, ia pernah dituduh dan ditangkap karena dianggap telah melakukan sabotase pemboman PLTA Gondosuli Madiun hingga di masukkan dalam penjara Madiun oleh Belanda. Sekitar 6 bulan kemudian, ia dilepas kembali. Hal ini dibenarkan putra Santoso yang masih hidup. Ia mengatakan, “Dimas leres peristiwa Gondosuli itu”.

Pada tahun 1948, Santoso Kartoatmodjo juga ikut berpatisipasi mendirikan IPSI dan menjadi Ketua IPSI untuk Bidang Organisasi, mendapat gelar Pendekar Utama Indonesia pada tahun 1981. Hal ini seperti yang dikatakan Bambang Soewignyo putra Santoso Kartoatmodjo bahwa, “Bopo (Pak Santoso) tumut ngedegaken IPSI tahun 1948, dados Ketua IPSI Bidang Organisasi, mendapat gelar Pendekar Utama Indonesia dari IPSI tahun 1981. Dokumen-dokumen saged kulo kintun bokbilih wonten nomer WA panjenengan. Dados wonten 2 (dua) sosok pendekar PSHT ingkang dados Pengurus IPSI Pusat. P. Santoso kaliyan Mas Taufik. Ingkang pikantuk gelar Pendekar Utama Indonesia namung P. Santoso. Mas Taufik sampun kula aturi dokumenipun. Bandingkan dengan peryataan Ketum PSHT 2016- 2021 M. Taufiq. Ia mengatakan yakni, “yang pernah jadi pengurus PB IPSI banyak Mas, apalagi pada saat awal perkembangan PB IPSI. Hal ini karena PSHT sebagai salah satu Pendiri PB IPSI dan terus aktif berperan sampai saat ini. Selain pernah memberikan gelar Pendekar Utama kepada Bapak Santoso, PB IPSI juga pernah memberikan gelar Pendekar Utama kepada Bapak Presiden RI. Dan Salah satu yang mendapat gelar Pelatih Utama PB IPSI adalah Kangmas Sipit”.

Keistimewaan Santoso Kartoatmodjo lainnya, ia dikarunia Allah menjadi sosok yang terbuka (inklusif), hingga rumahnya terbuka untuk siapa saja, lebih-lebih saudara SH yang ingin belajar. Hal ini tidak heran karena dalam dirinya muncul jiwa pendidik yang diwariskan gurunya Ki Hadjar Hardjo Oetomo. Ini semua seperti yang dikemukakan Bambang Soewignyo putra Santoso yakni, “hampir setiap malam Pak Tomo belajar jurus Tingkat II (dua) di rumah karena Mbah Hardjo tidak sempat memberi pelajaran sejak stroke tahun 1945 dan tahun 1948 sudah tidak bisa duduk lagi”. Adapun menurut Nur Hadi Abas yang juga mendapat penjelasan dari Bambang Soewignyo putra Santoso bahwa, “Pak Tomo, Pak Badini, Pak Harsono latihan Tingkat II dan III di rumah saya karena Mbah Hardjo tidak sempat melatih karena gerah stroke sejak tahun 1945 dan PSC diserahkan ke Pak Hasan Soewarno”.

Santoso Kartoatmodjo juga merupakan guru dan mendirikan Sekolah Teknik I Madiun yakni STP (Sekolah Teknik Pertama) setingkat SMP untuk masa sekarang. Setelah mendirikan STP, ia mendirikan STM Madiun dam STM Kediri hingga pensiun sebagai guru tinggi. Selain di atas, Allah memberikan keistimewaan kepada Santoso yakni, ia juga pernah diwasiati Ki Hadjar Hardjo Oetomo sebelum guru dan pelatih silatnya wafat. Di antara wasiatnya adalah kumpulkan saudara Sedulur Tunggal Kecer, buat wadah yang kuat, lestarikan ajaran saya. Kemudian ditunjuklah R.M. Soetomo Mangkoedjojo dengan pertimbangan saudara yang termuda untuk bertugas mengumpulkan saudara-saudara SH. Tempat pertemuan ditetapkan di rumah Santoso di Jalan Dr. Soetomo No.76 Madiun hingga berhasil dikumpulkan sebanyak 30 saudara, antara lain:

  1. R.M. Soetomo Mangkoedjojo
  2. Hadiwijoyo
  3. Moh. Irsyad
  4. Umar Karsono
  5. Harjo Marjut
  6. Salyo HS
  7. Raden Sumaji
  8. Muntoro
  9. Raden Bambang Sudarsono
  10. Sulaiman
  11. Jendro Darsono
  12. Sumodiran
  13. Sugiarto
  14. Sukiman
  15. Sumo Sudarjo
  16. Makun
  17. Arsidin
  18. Sayogyo
  19. Harjo Giring
  20. Asmadi
  21. Harjo Wagiran
  22. Darmadi
  23. Harsono
  24. Suyono
  25. Badini
  26. Asmungi
  27. Suharyo
  28. Sastro Basuki
  29. Utomo Mulyoprojo
  30. Santoso Kartoatmojo (tuan rumah)

Selanjutnya pada tanggal 25 Maret 1951 nama PSHT dicetuskan. Dalam musyawarah tersebut menghasilkan di antaranya yakni terwujudnya AD dan ART serta lambang PSHT, terbentuknya susunan pengurus di mana Santoso (Ketua), Sumadji (Sekretaris), Bambang Soedarsono (Bendahara), Hardjo Mardjoet dan Badini (Pelatih). Dari informasi data ini kalau dianalisis sejatinya Ketua Umum pertama kali organisasi PSHT sejak memiliki AD/ART serta lambang PSHT bisa dibilang Santoso ini. Dipilih dan ditetapkannya Santoso sebagai Ketua saat itu sejatinya merupakan keistimewaan yang diberikan Allah kepadanya. Keistimewaan yang diberikan Allah kepada Santoso berikutnya yakni ketika ia memimpin PSHT menjadi pemimpin yang berjiwa nasionalis, demokratis, inklusif, inovatif dengan bukti mengeluarkan kebijakan dengan menyetujui usulan dengan memberlakukan hasil karya Moh. Irsyad berupa materi Senam 1 – 90, Senam Toya, Senam Belati dan Kerambit yang diajarkan sebelum Jurus Pokok. Dalam keterangan di atas Sakti Tamat menulis dengan istilah Senam Belati dan Kerambit. Dalam hal ini penulis mengutib apa adanya. Mungkin yang dimaksud itu Teknik untuk saat ini atau memang dulu masa Pak Santoso menyebutnya Senam Belati dan Kerambit. Selanjutnya seiring dengan perkembangan dan pergantian waktu dirubah istilah itu menjadi Teknik Belati dan Kerambit. Ini sangat logis jika Pada tahun 1966 kepemimpinan PSHT kembali diserahkan kepada R.M. Soetomo Mangkoedjojo. Menurut analisis penulis, kepemimpinan yang dijalankan Santoso ini sejatinya menunjukkan kepemimpinan yang inovatif, demokratif dan bukan otoriter serta konservatif.

Selain itu ia sejatiya seorang pemimpin PSHT yang juga berjiwa nasionalis. Karakter ini mucul dalam kepemimpinannya bisa jadi merupakan buah didikan dari Ki Hadjar Hardjo Oetomo yang juga memiliki jiwa dan karakter yang inovatif, demokratis, nasionalis yang senantiasa berkarya untuk merubah peradaban agar hidup menjadi bermanfaat. Semua itu merupakan keistimewaan yang dikaruniakan Allah kepada Santoso. Sosok manusia seperti ini sejatinya merupakan sosok sebaik-baik manusia seperti dawuhe Kanjeng Nabi Muhammad SAW, sebaik-baik manusia adalah yang hidupnya bermanfaat untuk manusia (Khoirun nas anfa’uhum lin nas). Adapun menurut Tjahjo Willis Gerilyanto Pendekar Sepuh PSHT dan Sekretaris Majelis Luhur PSHT 2016-2021, pada masa 1966 ini merupakan masa sulit PSHT yakni diterpa ujian berat akibat kondisi politik negara yang tidak kondusif. Untuk menyelamatkan PSHT dari kecurigaan mengikuti kelompok ekstrim kiri maka orang tua beliau yang waktu itu bertugas sebagai TNI AD menyarankan RM. Imam Koesoepangat tokoh PSHT untuk berkiblat ke Sekber Golkar, kita analogkan dengan sebutan nama Langgar untuk menyebut tempat ibadah umat Islam pada masa kecil saya, terus dirubah menjadi Mushollah dan sekarang setelah direnovasi namanya menjadi Masjid sehingga Mas Imam seketika itu keliling kota Madiun naik motor dengan membawa bendara Sekber Golkar. Cara itu kemudian menghapus kecurigaan aparat terhadap PSHT mengikuti kelompok ektrim kiri hingga saat itu PSHT aman dan tetap eksis dengan latihan dilakukan di rumah/kediaman Ibu Ambar orang tua RM Imam Koesupangat di Paviliun Barat Kabupaten Madiun. Latihan saat itu dibawah asuhan RM. Imam Koesupangat selanjutnya semua latihan PSHT di kota Madiun disatukan di Paviliun Barat Kabupaten Madiun dan mulai pakai seragam latihan baju silat warna kuning termasuk Panji PSHT dasar kuning. Perlu diketahui ajaran PSHT sendiri sejatinya mempunyai maksud mendidik manusia, khususnya para anggota agar berbudi luhur tahu benar dan salah, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME dan bertujuan ikut mamayu hanyuning bawana. Hal ini bisa dilihat dalam AD/ART PSHT Bab IV Pasal 5 ayat 1 dan 2. Lebih dalam lagi tentang ajaran di PSHT juga bisa dilihat pada Mukadimah yakni mengajak warganya menyingkap tabir/tirai selubung hati nurani guna menemukan Sang Mutiara Hidup Bertahta. Untuk itu jika ada orang atau kelompok yang melakukan kecurigaan terhadap PSHT ikut kelompok ektrim kiri menjadi tertolak. Selanjutnya bersama istrinya Soemini, Santoso dikarunia 11 anak di antaranya yakni:

  1. Susanto Pudyodarmo
  2. Suseno Darmosasono
  3. Suwignyo Dibyomartono
  4. Suyudi Purboyono (disahkan bersama RM. Imam Koesupangat)
  5. Sundari Miliarti
  6. Sulistyo Budiharjo
  7. Sutopo Risharyono
  8. Suci Lestari Rahayu
  9. Subandrio Hervin Ismoko
  10. Nanang Sudiro Edisartono
  11. Meninggal pada saat lahir.

RDH Soewaro Pendiri PSHW Tunas Muda

Riwayat RDH Soewarno, Pendiri PSHW Tunas Muda

Ilmusetiahati.com – RDH Soewarno sosok pendiri dan perintis Persaudaraan Setia Hati Winongo Tunas Muda (PSHW TM ) lahir di ponorogo pada hari sabtu legi tahun 1924. RDH Soewarno ialah putra dari R. poernomo yg menikah dengan R. Ayu katmiyati kedua2nya adalah keturunan dari prabu Brawijaya Majapahit.

Dari perkawinan R.poernomo dengan R.Ayu katmiyati di karuniai 3 putra :

1.R.Soewarno

2.R.rr.Soekapti

3.R.rr.Soelastri

Sejarah Riwayat Hidup bapak Pengasuh Persaudaraan Setia Hati Winongo Tunas Muda. R. Djimat Hendro Soewarno atau RDH Soewarno menikah dengan Sri Aminah putri dari Kediri dan di karuniai 7 orang Putra :

1.R.Arief Santoso

2.R.Budi Aji Santoso

3.R.Agus Wiyono Santoso

4.RSugeng Santoso

5.R.Amien fitri Santoso

6.R.Endang Nur Setia Hati ningrum

7.R.Kusumastuti Setia Hti Ningrum

Biografi RDH Soewarno

Nama : R. Djimat Hendro Soewarno
TTL : Ponorogo, 16 Nopember 1924
Hari : Sabtu Legi

Th.1937 tamat H.I.S

Th.1941 tamat Kweekschool

Th.1944 tamat S.M.T
Th.1965 tamat fak.hukum dan pengetahuan masyarakat

RDH Soewarno Berguru Silat kepada :

1. 1938 Pendekar Rantai Bergelung
2. 1938 Pendekar Pencak Anak Sumatera Sekilat
3. 1939 Pendekar Cimande
4. 1939 Pendekar Kuntho
5. 1940 Pendekar Pecut Jakarta
6. 1940 Pendekar Shianghai
7. 1941 Pendekar Bugis Asli
8. 1942 Pendekar Pondok Pesantren
9. 1942 Pendekar Singapura
10. 1959 Persaudaraan Setia Hati

1945-1949 bergabung dengan pasukan gerilya atau yg lebih di kenal dengan Pasukan PGSS 1949 RDH Soewarno di tangkap belanda dan menjadi tawanan perang belanda ketika perjanjian ROEM_ROYEN di tanda tangani barulah R. Djimat Hendro Soewarno di bebaskan sebagai konsekwensi dr perjanjian itu.

Baca Juga : Mas Kacik Tjiptarjo Muji Nugroho

Dari penjelasan di atas dapat lah di ketahui RDH Soewarno adalah pejuang perintis kemerdekan dan mempunyai andil dalam mencapai kemerdekaan walau dapat di katakan kecil

Tujuan / sasaran “S-H” yang ditempuh adalah “Mengolah raga dan mengolah batin untuk mencapai keluhuran budi guna mendapatkan kesempurnaan hidup, kebahagiaan dan kesejahteraan lahir – batin di dunia dan di akhirat” dengan mengajarkan Pencak Silat sebagai olah raga atas dasar jiwa yang sehat terdapat pada tubuh yang sehat pula, meninggalkan semua yang menjadi larangan-larangan Tuhan dan melaksanakan semua perintah-perintahNya. (Mens sana in corpore sano en Amar ma’ruf nahi munkar).

Gemblengan jasmani berupa pencak Silat dan rokhani berupa Iman dan Taqwa kepada Tuhan dengan melaksanan “Amar ma’ruf nahi munkar” secara konsekwen. Bahwa dengan berlatih Pencak Silat secara teratur manusia akan memiliki tubuh yang sehat lagi kuat dan jiwa yang sehat pula (mens sana in corpore sano) Bahwa dengan Iman dan Taqwa kepada Tuhan serta melaksanan Amar ma’ruf nahi munkar secara konsekwen manusia akan bahagia lahir dan batin di dunia dan di akhirat.

“S-H” ada lepas dari pengaruh aliran dan golongan.

Enam perkara pokok perikehidupan yang harus diamalkan :

1. Persatuan

2. Persamaan

3. Persaudaraan

4. Kemerdekaan

5. Tolong-menolong

6. Musyawarah

Persaudaraan “ SETIA-HATI “ disingkat S-H didirikan pada tahun 1903 oleh almarhum Bapak Ki NGABEHI SOERODWIRJO dengan nama kecilnya MASDAN. Wafat pada tanggal 10 November 1944, dimakamkan di makam desa Winongo, Kota madya Madiun. Ibu SOERODWIRJO ( Ibu Sarijati ) wafat pada tanggal 6 April 1969 dimakamkan di desa Winongo juga.

Baca Juga : Biadab , Latihan PSHT Maumere NTT Diserang

Tujuan / sasaran“ S-H “ yang ditempuh adalah : Bela Negara, mengolah raga dan batin untuk mencapai keluhuran budi guna mendapatkan kesempurnaan hidup,kebahagiaan dan kesejahteraan lahir dan bathin di dunia dan di akhirat,dengan jalan mengajarkan SILAT ( PENCAK SILAT ) sebagai olah raga atas dasar jiwa yang sehat terdapat pada tubuh yang sehat pula,yaitu dengan meninggalkan semua yang menjadi larangan-larangan tuhan,dan melaksanakan semua perintah-perintahnya ( MENS SANA IN CORPORE SANO-AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR ).

Jelaslah bahwa ajaran ini adalah ajaran mulia,edi peni dan adi luhung.Oleh karena itu tidak mengherankan bagi kita bahwa segala bangsa dan semua agama dapat menerimanya, khususnya bangsa Indonesia.

Sejak tahun 1964, “ S-H “ mengalami kemunduran, tidak begitu aktif, hal ini disebabkan tidak lain karena keadaan juga, sebagian besar Saudara – saudara “ S-H “ sudah banyak yang lanjut usia ( tua ), ditambah dengan makin berkurangnya penerimaan Saudara baru. Banyak saudara “ S-H “ yang sudah sepuh satu per satu meninggal dunia, sedangkan yang masuk menjadi saudara “ S-H “, dapat dikatakan hampir tidak ada. Kalau keadaan yang demikian dibiarkan terus – menerus maka “ S-H “ lambat laun akan mengalami kepunahan.

Untuk menghindari hal tersebut serta untuk melestarikan ajaran yang edi – peni dan adi – luhung, maka pada tanggal 15 Oktober 1965, Kami (Rdh Soewarno ) merasa terpanggil untuk bergerak ( mengaktifieer ) kegiatan – kegiatan “S-H “. Dengan serentak gerakan ini mendapat perhatian yang besar dari para pemuda dan dukungan yang kuat dari masyarakat, yang akhirnya berdaya guna untuk membantu HANKAM, serta ikut Memayu Hayuning Bawono ( memelihara dan membangun keselamatn Negara / Dunia ), membantu Negara / Pemerintah dalam bidang ketertiban dan keamanan.

Dengan meningkatkan latihan jasmani ( pencak-silat ) dan latiahn rokhani (iman dan taqwa kepada Tuhan), maka dapat diharapkan para pemuda kita sebagai generasi penerus akan menjadi kader bangsa yang militant yang sangat berguna bagi kepentingan Negara dan bangsa.

Baca Juga : Sejarah Pecahnya Setia Hati

Latihan berarti juga membiasakan, kebiasaan inilah dapat disebut sebagai takdir yang kedua ( het gewoonte is de tweed natuur ). Kalau kita membiasakan baik, Tuhan akan menakdirkan kita baik. Memang segala permulaan itu adalah sukar ( alle begin is moeilijk ) terutama jalan yang menuju kepada kebaikan – kebaikan Syurga tentu banyak sekali rintangan – rintanganya, sebaliknya jalan yang menuju kepada kejahatan, kaemaksiatan, Neraka selalu terhias dengan bunga – bungaan yang serba indah dan harum ( de weg naar de hell is met bloemen geplafeit ). Oleh karena itu harus ditanamkan juga kepada para pemuda kita yaitu cinta kasih dan kasih saying. Sesama manusia harus dicintai sebagaimana mencintai pada diri sendiri ( heb uw naasten lief gelijik u zelven ) atau falsafah agama Hindu yang mengajarkan kesosialan yang tanpa batas yang berbunyi : TAT TWAM ASI ( ia adalah kamu ). Kalau di cubit merasa sakit jangan mencubit orang lain atau dalam bahasa jawanya adalah : KEMBANG TEPUS KAKI (yen dijiwit kroso loro ojo njiwit liyan ).

Bagi Tuhan semua manusia itu sama, yang berlainan hanya taqwanya kepada Tuhan dan yang lebih taqwa itulah yang akan banyak mendapat keridhaan Tuhan.

Ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa wajib direalisasikan dengan amalyah, ibadah dan karya nyata dalam pembangunan. Membangun manusia Indonesia seutuhnya berdasarkan Pancasila dan Undang – Undang Dasar 1945. Maka wajib bagi setiap manusia Pancasilais yang membangun Indonesia ini meresapi, menghayati dan mengamalkan ketaqwaan dalam arti yang sebenarnya. Dalam perkembangan dunia ini. Tuhan senantiasa menjadikan waktu – waktu pada saat – saat yang bersejarah sejak zaman purba sampai akhir zaman. Sejarah itu merupakan guru dan suri tauladan bagi orang yang suka mengambil pelajaran dari padanya.

Kita ini khususnya para generasi muda sebagai generasi penerus harus pandai mangambil hikmah dari peristiwa bersejarah untuk dijadikan suri tauladan dalam berbuat dan bertindak.

Kepada para Tunas Muda “ S-H “, diajarkan pelajaran Pencak Silat yang berasal dari para pendekar terkenal ( sembilan orang pendekar ) dan yang terakhir dari Bapak Ki Ngabehi Soerodwirjo, Saudara Tertua dalam Persaudaraan “ SETIA – HATI “ Winongo (sebagaimana yang telah terurai pada Lampiran – Lampiran diatas).

Dengan metode yang demikian ini, maka seluruh pelajaran dengan mudah diserap oleh para Tunas – Tunas Muda Kita yang dapat berhasil dengan sukses.

Kita selalu berpedoman :

  1. A sense of purpose and direction ( rasa tujuan dan tanggung jawab seorang Pemimpin yang mempunyai cita – cita )
  2. Integriteit ( rasa setia Saudara )

Salah satu ikatan yang penting yang menghubungkan seorang Pemimpin dengan pengikut – pengikutnya ialah “ Rasa Percaya “.

Para pengikut seorang Pemimpin ingin mendapat keyakinan bahwa kepentingan mereka selalu dipikirkan dan diperjuangkan. Para pengikut ingin diyakinkan bahwa kata –kata yang diucapkan oleh Pemimpinnya dapat dipercaya dan bahwa mereka tidak usah takut akan ditinggal atau dikhianati dalam waktu menghadapi kesulitan – kesulitan. Dengan demikian antara yang dipikirkan dan apa yang dilakukan oleh Pemimpin haruslah ada Harmoni dan Kesatuan.

“ The greate man does not think before hand of his words that they may be greate. Not of his actions that they may be resolute, he simply speaks and does what is right “

Kita selalu bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, bahwa segala sesuatu yang digariskan oleh Pemerintah selalu dapat kita kerjakan / laksanakan dengan sukses.

Berikut adalah riwayat singkat RDH Soewarno, sosok dibalik lahirnya PSHW TM.

Bagikan :