Ilmusetiahati.com – Hard Gumay, seorang aktor, parapsikolog, sekaligus warga Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT), kembali menyita perhatian publik dalam perhelatan akbar Festival Pencak Silat Ajaran PSHT 2024 yang diselenggarakan di Asrama Haji Donohudan, Boyolali – Solo, pada tanggal 6 hingga 7 Desember 2024. Dalam festival yang penuh makna ini, Hard Gumay tidak hanya tampil sebagai pesilat, tetapi juga menyampaikan pesan simbolik yang sarat makna dan menyimpan misteri hingga momen terakhir acara.
Kehadiran Hard Gumay dalam ajang ini bukanlah sekadar penampilan seni belaka, melainkan bentuk nyata dedikasinya terhadap seni bela diri tradisional Indonesia, khususnya pencak silat ajaran PSHT. Ia telah lama dikenal sebagai pribadi yang menjunjung tinggi nilai-nilai budaya dan spiritualitas, serta aktif dalam mengembangkan berbagai kegiatan pelestarian budaya nusantara.
Dalam sesi penampilannya, Hard Gumay memperagakan teknik-teknik solo spel pencak silat yang menggabungkan gerakan indah, teknik bela diri, dan pengendalian diri secara utuh. Setiap gerakan yang ia tampilkan terlihat mengalir, kuat namun tetap anggun, mencerminkan kedisiplinan dan pengalaman panjangnya di dunia pencak silat.
Baca Juga : Perjalanan PSHT, Dulu Melawan Penjajah Kini Jadi Beladiri Militer
Namun yang menarik perhatian bukan hanya gerakan silatnya. Di akhir penampilan, Hard Gumay melakukan sesuatu yang mengundang rasa penasaran seluruh hadirin. Ia menuliskan sebuah pesan di atas selembar kertas putih, kemudian melipatnya rapi dan menyimpannya dalam sebuah peti kayu. Peti tersebut tidak langsung dibuka, melainkan disimpan hingga pertandingan kategori solospel untuk peserta berusia di atas 60 tahun selesai. Hal ini menimbulkan berbagai spekulasi dan membuat seluruh peserta dan penonton bertanya-tanya tentang isi pesan tersebut.
“Saya tadi menampilkan solo spel bela diri pencak silat dalam Festival Pencak Silat Ajaran Persaudaraan Setia Hati Terate 2024. Setelah saya tampil, saya menulis sesuatu, lalu banyak yang penasaran. Mungkin karena saya dikenal lewat televisi, mereka mengira itu prediksi atau penerawangan,” ujar Hard Gumay, menambah misteri di antara suasana penuh antusiasme.
Festival dalam Rangka Peringatan 5 Tahun Pengakuan UNESCO
Ketua Umum PSHT, DR. Ir. H. Muhamma Taufiq, SH., M.Sc., dalam sambutannya menyampaikan bahwa Festival Pencak Silat Ajaran PSHT 2024 diselenggarakan dalam rangka memperingati lima tahun pengakuan UNESCO terhadap pencak silat Indonesia sebagai warisan budaya tak benda (WBTB). Festival ini tidak hanya menjadi ajang kompetisi, tetapi juga sarana mempererat tali persaudaraan antarwarga PSHT dari berbagai penjuru Indonesia.
“Festival ini merupakan bentuk syukur atas pengakuan UNESCO. Harapannya, kegiatan ini bisa diselenggarakan setiap tahun. Selain mempererat silaturahmi, kegiatan ini bertujuan untuk mengangkat aspek seni dalam pencak silat yang selama ini kurang diperhatikan,” terang Kangmas Taufiq.
Kegiatan ini menjadi titik tolak penting dalam memperkuat eksistensi PSHT sebagai organisasi bela diri sekaligus pelestari seni budaya bangsa. Dengan mengusung nilai-nilai luhur dan semangat gotong royong, acara ini juga membuktikan bahwa pencak silat bukan sekadar olahraga, namun juga warisan spiritual dan kultural yang harus dijaga.
Festival ini mencatat sejarah baru dalam penyelenggaraan kejuaraan PSHT dengan menghadirkan dua kategori besar, yakni seni solospel dan seni beregu. Kategori solospel dibagi berdasarkan usia, mulai dari 30-40 tahun, 40-50 tahun, 50-60 tahun, hingga usia 60 tahun ke atas. Sementara untuk kategori beregu, setiap tim terdiri dari lima warga PSHT berusia minimal 18 tahun.
Salah satu peserta yang mencuri perhatian publik adalah Mas Mandiyono, pesilat tertua dalam acara ini. Ia berasal dari Surakarta dan lahir tepat pada hari kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus 1945. Meski usianya tidak muda lagi, semangat Mas Mandiyono tetap menyala. Ia berhasil meraih penampilan terbaik ke-2 dalam kategorinya, membuktikan bahwa usia hanyalah angka ketika semangat Setia Hati masih berkobar dalam jiwa.
“Mas Mandiyono menjadi inspirasi. Penampilannya sangat luar biasa dan memberikan semangat kepada generasi muda untuk tidak pernah menyerah dalam melestarikan ajaran PSHT,” ujar seorang peserta festival.
Ketua Panitia, Mas Adjiantoko, juga memberikan informasi menarik bahwa jumlah peserta festival mencapai 292 orang, yang merupakan perwakilan dari 35 cabang dan 7 provinsi di seluruh Indonesia, mulai dari Sabang hingga Merauke.
Di tengah-tengah rangkaian acara, diselenggarakan pula sesi dialog budaya, yang dipandu oleh Mas Agus Mulyana, seorang kadang Setia Hati sekaligus peneliti budaya PSHT. Dialog ini menghadirkan narasumber dari Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia, yang diwakili oleh Balai Pelestari Kebudayaan Wilayah 10.
Dalam wawancaranya usai acara, perwakilan kementerian menyatakan rasa bangga terhadap Festival PSHT ini. “Kami sangat mengapresiasi kegiatan ini. Ini adalah bentuk nyata pelestarian Warisan Budaya Tak Benda. PSHT telah melakukan inovasi luar biasa. Kami berharap kegiatan seperti ini terus berkembang dan bahkan bisa menjadi lebih besar serta dikenal dunia,” ungkap perwakilan kementerian.
Setelah pertandingan kategori usia di atas 60 tahun selesai, perhatian publik kembali tertuju pada Hard Gumay. Ia kembali ke panggung untuk membuka peti kayu berisi pesan yang ia tulis sebelumnya. Dalam suasana hening penuh penasaran, isi kertas tersebut akhirnya dibacakan di hadapan para peserta dan tamu undangan.
Ternyata, isi pesan tersebut adalah pengumuman tambahan hadiah sebesar Rp5 juta untuk pemenang kategori usia 60 tahun ke atas. Hadiah ini diberikan langsung dari Hard Gumay sebagai bentuk apresiasi terhadap semangat dan dedikasi para sepuh PSHT dalam menjaga dan melestarikan ajaran pencak silat.
Pemenang yang beruntung mendapatkan tambahan hadiah tersebut adalah Prof. Ir. Edi Leksono, M.Eng., Ph.D., perwakilan PSHT Cabang Bandung, yang meraih nilai tertinggi di kategori usia di atas 60 tahun.
Tindakan ini mendapat sambutan hangat dan penuh haru dari seluruh peserta dan tamu. “Ini luar biasa. Pesan misterius yang ternyata menjadi kejutan indah dan penuh makna dari Hard Gumay. Ini bukan sekadar hadiah, tapi simbol penghargaan kepada para sesepuh yang tetap berjuang untuk budaya,” ujar seorang panitia.
Penutupan festival berlangsung secara khidmat dan disertai dengan penyerahan Piala Tetap Menteri Kebudayaan Republik Indonesia kepada juara umum Festival Pencak Silat Ajaran PSHT 2024. Piala diserahkan oleh Direktorat Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan KEMENDIKBUDRISTEK kepada Mas Taufiq, selaku Ketua Umum PSHT.
Prestasi gemilang berhasil diraih oleh Kontingen PSHT Cabang Jakarta Timur, yang dinobatkan sebagai Juara Umum setelah memborong 3 gelar Penampilan Terbaik I, 1 Penampilan Terbaik II, dan 1 Penampilan Terbaik III.
Manajer Tim PSHT Jakarta Timur, Mbak Irul, menyampaikan rasa syukur dan kebanggaannya. “Alhamdulillah, kami dari Tim PSHT Jakarta Timur sangat bersyukur bisa menjadi Juara Umum. Kunci sukses kami adalah semangat dan latihan rutin setiap malam selama sebulan sebelum festival. Ini semua berkat dedikasi warga kami,” jelasnya.
Keterlibatan Hard Gumay dalam Festival Pencak Silat Ajaran PSHT 2024 menunjukkan bahwa ia bukan hanya seorang entertainer atau parapsikolog, tetapi juga sosok yang memiliki komitmen tinggi terhadap pelestarian budaya bangsa. Lewat aksinya yang penuh misteri namun berakhir haru, Hard Gumay berhasil mengangkat nilai-nilai luhur pencak silat dan memberikan motivasi kepada semua generasi, khususnya para pesilat PSHT.
Festival ini tidak hanya menjadi ajang kompetisi seni bela diri, tetapi juga media mempererat persaudaraan, memperkokoh budaya, serta memperlihatkan pada dunia bahwa warisan leluhur seperti pencak silat masih sangat relevan dan dihargai di era modern ini.
Dengan semangat PSHT dan kontribusi dari tokoh-tokoh seperti Hard Gumay, harapan besar tumbuh bahwa pencak silat akan terus berkembang, baik sebagai seni bela diri maupun sebagai warisan budaya bangsa yang mendunia.
Hard Gumay, seorang aktor, parapsikolog, sekaligus warga Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT), kembali menyita perhatian publik dalam perhelatan akbar Festival Pencak Silat Ajaran PSHT 2024 yang diselenggarakan di Asrama Haji Donohudan, Boyolali – Solo, pada tanggal 6 hingga 7 Desember 2024. Dalam festival yang penuh makna ini, Hard Gumay tidak hanya tampil sebagai pesilat, tetapi juga menyampaikan pesan simbolik yang sarat makna dan menyimpan misteri hingga momen terakhir acara.
Kehadiran Hard Gumay dalam ajang ini bukanlah sekadar penampilan seni belaka, melainkan bentuk nyata dedikasinya terhadap seni bela diri tradisional Indonesia, khususnya pencak silat ajaran PSHT. Ia telah lama dikenal sebagai pribadi yang menjunjung tinggi nilai-nilai budaya dan spiritualitas, serta aktif dalam mengembangkan berbagai kegiatan pelestarian budaya nusantara.
Penampilan Memukau Hard Gumay dan Tindakan Penuh Teka-Teki
Dalam sesi penampilannya, Hard Gumay memperagakan teknik-teknik solo spel pencak silat yang menggabungkan gerakan indah, teknik bela diri, dan pengendalian diri secara utuh. Setiap gerakan yang ia tampilkan terlihat mengalir, kuat namun tetap anggun, mencerminkan kedisiplinan dan pengalaman panjangnya di dunia pencak silat.
Namun yang menarik perhatian bukan hanya gerakan silatnya. Di akhir penampilan, Hard Gumay melakukan sesuatu yang mengundang rasa penasaran seluruh hadirin. Ia menuliskan sebuah pesan di atas selembar kertas putih, kemudian melipatnya rapi dan menyimpannya dalam sebuah peti kayu. Peti tersebut tidak langsung dibuka, melainkan disimpan hingga pertandingan kategori solospel untuk peserta berusia di atas 60 tahun selesai. Hal ini menimbulkan berbagai spekulasi dan membuat seluruh peserta dan penonton bertanya-tanya tentang isi pesan tersebut.
“Saya tadi menampilkan solo spel bela diri pencak silat dalam Festival Pencak Silat Ajaran Persaudaraan Setia Hati Terate 2024. Setelah saya tampil, saya menulis sesuatu, lalu banyak yang penasaran. Mungkin karena saya dikenal lewat televisi, mereka mengira itu prediksi atau penerawangan,” ujar Hard Gumay, menambah misteri di antara suasana penuh antusiasme.
Festival dalam Rangka Peringatan 5 Tahun Pengakuan UNESCO
Ketua Umum PSHT, DR. Ir. H. Muhamma Taufiq, SH., M.Sc., dalam sambutannya menyampaikan bahwa Festival Pencak Silat Ajaran PSHT 2024 diselenggarakan dalam rangka memperingati lima tahun pengakuan UNESCO terhadap pencak silat Indonesia sebagai warisan budaya tak benda (WBTB). Festival ini tidak hanya menjadi ajang kompetisi, tetapi juga sarana mempererat tali persaudaraan antarwarga PSHT dari berbagai penjuru Indonesia.
“Festival ini merupakan bentuk syukur atas pengakuan UNESCO. Harapannya, kegiatan ini bisa diselenggarakan setiap tahun. Selain mempererat silaturahmi, kegiatan ini bertujuan untuk mengangkat aspek seni dalam pencak silat yang selama ini kurang diperhatikan,” terang Kangmas Taufiq.
Kegiatan ini menjadi titik tolak penting dalam memperkuat eksistensi PSHT sebagai organisasi bela diri sekaligus pelestari seni budaya bangsa. Dengan mengusung nilai-nilai luhur dan semangat gotong royong, acara ini juga membuktikan bahwa pencak silat bukan sekadar olahraga, namun juga warisan spiritual dan kultural yang harus dijaga.
Kategori dan Antusiasme Peserta dari Seluruh Nusantara
Festival ini mencatat sejarah baru dalam penyelenggaraan kejuaraan PSHT dengan menghadirkan dua kategori besar, yakni seni solospel dan seni beregu. Kategori solospel dibagi berdasarkan usia, mulai dari 30-40 tahun, 40-50 tahun, 50-60 tahun, hingga usia 60 tahun ke atas. Sementara untuk kategori beregu, setiap tim terdiri dari lima warga PSHT berusia minimal 18 tahun.
Baca Juga : Profil Ketua Umum PSHT Muhammad Taufiq
Salah satu peserta yang mencuri perhatian publik adalah Mas Mandiyono, pesilat tertua dalam acara ini. Ia berasal dari Surakarta dan lahir tepat pada hari kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus 1945. Meski usianya tidak muda lagi, semangat Mas Mandiyono tetap menyala. Ia berhasil meraih penampilan terbaik ke-2 dalam kategorinya, membuktikan bahwa usia hanyalah angka ketika semangat Setia Hati masih berkobar dalam jiwa.
“Mas Mandiyono menjadi inspirasi. Penampilannya sangat luar biasa dan memberikan semangat kepada generasi muda untuk tidak pernah menyerah dalam melestarikan ajaran PSHT,” ujar seorang peserta festival.
Ketua Panitia, Mas Adjiantoko, juga memberikan informasi menarik bahwa jumlah peserta festival mencapai 292 orang, yang merupakan perwakilan dari 35 cabang dan 7 provinsi di seluruh Indonesia, mulai dari Sabang hingga Merauke.
Dialog Budaya dan Apresiasi dari Kementerian Kebudayaan
Di tengah-tengah rangkaian acara, diselenggarakan pula sesi dialog budaya, yang dipandu oleh Mas Agus Mulyana, seorang kadang Setia Hati sekaligus peneliti budaya PSHT. Dialog ini menghadirkan narasumber dari Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia, yang diwakili oleh Balai Pelestari Kebudayaan Wilayah 10.
Dalam wawancaranya usai acara, perwakilan kementerian menyatakan rasa bangga terhadap Festival PSHT ini. “Kami sangat mengapresiasi kegiatan ini. Ini adalah bentuk nyata pelestarian Warisan Budaya Tak Benda. PSHT telah melakukan inovasi luar biasa. Kami berharap kegiatan seperti ini terus berkembang dan bahkan bisa menjadi lebih besar serta dikenal dunia,” ungkap perwakilan kementerian.
Misteri Terungkap: Isi Pesan Hard Gumay yang Membuat Haru
Setelah pertandingan kategori usia di atas 60 tahun selesai, perhatian publik kembali tertuju pada Hard Gumay. Ia kembali ke panggung untuk membuka peti kayu berisi pesan yang ia tulis sebelumnya. Dalam suasana hening penuh penasaran, isi kertas tersebut akhirnya dibacakan di hadapan para peserta dan tamu undangan.
Ternyata, isi pesan tersebut adalah pengumuman tambahan hadiah sebesar Rp5 juta untuk pemenang kategori usia 60 tahun ke atas. Hadiah ini diberikan langsung dari Hard Gumay sebagai bentuk apresiasi terhadap semangat dan dedikasi para sepuh PSHT dalam menjaga dan melestarikan ajaran pencak silat.
Pemenang yang beruntung mendapatkan tambahan hadiah tersebut adalah Prof. Ir. Edi Leksono, M.Eng., Ph.D., perwakilan PSHT Cabang Bandung, yang meraih nilai tertinggi di kategori usia di atas 60 tahun.
Tindakan ini mendapat sambutan hangat dan penuh haru dari seluruh peserta dan tamu. “Ini luar biasa. Pesan misterius yang ternyata menjadi kejutan indah dan penuh makna dari Hard Gumay. Ini bukan sekadar hadiah, tapi simbol penghargaan kepada para sesepuh yang tetap berjuang untuk budaya,” ujar seorang panitia.
Puncak Acara dan Kemenangan Kontingen PSHT Jakarta Timur
Penutupan festival berlangsung secara khidmat dan disertai dengan penyerahan Piala Tetap Menteri Kebudayaan Republik Indonesia kepada juara umum Festival Pencak Silat Ajaran PSHT 2024. Piala diserahkan oleh Direktorat Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan KEMENDIKBUDRISTEK kepada Mas Taufiq, selaku Ketua Umum PSHT.
Prestasi gemilang berhasil diraih oleh Kontingen PSHT Cabang Jakarta Timur, yang dinobatkan sebagai Juara Umum setelah memborong 3 gelar Penampilan Terbaik I, 1 Penampilan Terbaik II, dan 1 Penampilan Terbaik III.
Manajer Tim PSHT Jakarta Timur, Mbak Irul, menyampaikan rasa syukur dan kebanggaannya. “Alhamdulillah, kami dari Tim PSHT Jakarta Timur sangat bersyukur bisa menjadi Juara Umum. Kunci sukses kami adalah semangat dan latihan rutin setiap malam selama sebulan sebelum festival. Ini semua berkat dedikasi warga kami,” jelasnya.
Kesimpulan: Hard Gumay, PSHT, dan Makna Pelestarian Budaya
Keterlibatan Hard Gumay dalam Festival Pencak Silat Ajaran PSHT 2024 menunjukkan bahwa ia bukan hanya seorang entertainer atau parapsikolog, tetapi juga sosok yang memiliki komitmen tinggi terhadap pelestarian budaya bangsa. Lewat aksinya yang penuh misteri namun berakhir haru, Hard Gumay berhasil mengangkat nilai-nilai luhur pencak silat dan memberikan motivasi kepada semua generasi, khususnya para pesilat PSHT.
Festival ini tidak hanya menjadi ajang kompetisi seni bela diri, tetapi juga media mempererat persaudaraan, memperkokoh budaya, serta memperlihatkan pada dunia bahwa warisan leluhur seperti pencak silat masih sangat relevan dan dihargai di era modern ini.
Dengan semangat PSHT dan kontribusi dari tokoh-tokoh seperti Hard Gumay, harapan besar tumbuh bahwa pencak silat akan terus berkembang, baik sebagai seni bela diri maupun sebagai warisan budaya bangsa yang mendunia. (humas psht)